Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Coretanku tentang : Keluarga

Oke, ini lagi gabut aja sih dan mendadak kepikiran pengen nulis yang isinya tentang curhatan gitu. Banyak banget yang selalu bilang ke aku kalo aku punya keluarga yang sempurna, keluargaku bahagia banget, dan keknya keluargaku nggak ada masalah di dalamnya. Alhamdulillah kalo banyak yang mikir gitu, aku Aamiinkan saja, toh ucapan adalah do'a kan? Nah, tapi sekarang aku mau cerita sejenak. Kalo aku sering banget update bahagia kalo lagi sama Masku, itu karena aku baru deket sama dia beberapa tahun belakangan. Aku nggak bohong. Mungkin temen-temenku yang deket sama aku dari SMP dan SMA awal-awal pasti tau banget kalo dulu aku nggak sedeket itu sama Masku. Nggak deketnya ini bukan yang doyannya berantem nggak jelas gitu yaa, nggak deketnya ini bener-bener nggak deket parah. Aku sama dia kek orang asing. Yang kalo sama-sama di rumah itu nggak ada negur sama sekali, nggak pernah ngomong, dan nggak mau tau urusan masing-masing. Bahkan dulu, kalo aku punya temen yang deket sama Masny

Ambang Kewarasan

Aku sudah berada di ambang kewarasan, Membiarkan hatiku telak memonopoli keadaan, Membuat otakku hilang fungsi seketika. Aku ingin memeluk punggung di depanku, Memberikan sinyal padanya bahwa aku mencinta. Aku ingin memberikan pelukan hangat, Memberikan tanda bahwa aku kalah dengan pertaruhanku. Lalu kemudian, kenyataan membuatku berhenti di perbatasan. Membuatku sadar bahwa ada jemari lain yang kamu genggam, Membuatku sadar bahwa ada senyum lain yang kamu ukir. Untuk itu, aku mohon padamu untuk berhenti. Berhenti memberikan getar nyaman itu, Berhenti untuk menampakkan kamu mencinta padahal tidak, Berhenti. Sebelum aku menjadi orang bodoh di hadapanmu, Sebelum aku mengacaukan semuanya, Sebelum kewarasanku menghilang semua. Biarlah, Biarkan aku hanya menatapmu di garis batas ini, Menyimpan rapat rahasia yang aku bagi dengan semesta. Biarkan aku selalu menjadi pundakmu untuk berkeluh, Menjadi pendengar di setiap bab kisahmu. Biarlah, Aku menikmati proses mencinta i

Coretanku tentang : iKON

  Sebenernya lagi dalam mood yang pas buat nulis, cuma imajinasiku lagi nggak tau ada di mana, jadinya di sini aku mau curhat aja deh. You can skip if you want, karena di sini aku mau ngomongin salah satu boyband kesukaanku dari Korea Selatan bernama iKON. Btw, itu bukan karena aku alay ya nulisnya pake huruf gede kecil gitu, cuma ya emang gitu tulisannya cuy, you can google that. iKON ini langsung nge-hits parah setelah comeback mereka di album Return dengan lagu yang jadi hits di Korea Selatan sana berjudul Love Scenario. Lagu ini dapet 200 an lebih PAK (Perfect All Kill) yang artinya lagu ini banyak banget di-streaming masyarakat Korea sana. Fyi, lagu Love Scenario ini disukai banyak kalangan, termasuk bocah TK sama SD. Nah, kemarin tanggal 2 Agustus 2018 iKON baru aja comeback dengan album New Kids : Continue yang mempunyai title track "Killing Me". Jujur aja nih, selama jadi fans mereka lagu ini sukses bikin aku suka dalam sekali denger, biasanya aku baru s

Kelinci Kecil

Aku hanya seekor kelinci kecil, Yang berusaha mencari dunianya sendiri, Yang terseok-seok menyembuhkan luka, Dan terlupa oleh dunia. Aku hanya seekor kelinci kecil, Yang berusaha mencintai, Tanpa harus dicintai Oleh lingkungan di mana aku dibuang. Aku hanya seekor kelinci kecil, Yang berusaha menjadi cantik, Untuk membuat sang Pangeran menengok, Walau hanya satu kali. Aku hanya seekor kelinci kecil, Yang menginginkan kisahku sendiri, Tanpa adanya penghakiman, Dan bahagia bersama Pangeran. Aku hanya seekor kelinci kecil, Yang selalu menatap cermin, Untuk meyakinkan sosok di depan cermin, Bahwa dia cantik, Dan dia berguna, Walau untuk dirinya sendiri. Aku hanya seekor kelinci kecil, Yang suka merepotkan, Yang selalu haus akan perhatian, Dan menginginkan ruangan sendiri. Aku adalah seekor kelinci kecil, Yang jatuh cinta tanpa syarat kepada sang Pangeran, Dan menatap dari jarak aman, Untuk memastikan senyum indah dari sang Pangeran. Sekali lagi, Aku hanya see

Surat Cinta untuk Adik-adikku

Ingatanku berkelana, Tubuhku di sini, Namun hatiku jauh di kota seberang. Terdengar di telingaku sayup-sayup canda mereka, Suara yang ada di dalam memori. Terlihat di depan mataku senyum manis mereka, Gambaran yang tersimpan jelas di ruang hati. Tawa itu tulus, Senyum itu indah, Kasih itu menenangkan, Dan tangisan itu menyayat. Rindu ini mendera, Jatuh menghujani tanpa ampun. Aku termenung di tengah malam, Memikirkan kekasih yang jauh di sana, Mengilas balik kembali memori yang tersimpan, Kisah yang terukir di kota seberang, Pelukan-pelukan hangat dari tangan kecil itu ingin aku rasakan kembali. Jika mungkin, Aku ingin membawa tangan-tangan kecil itu ke kota ini. Jika mungkin, Aku ingin menyimpan tawa mereka untukku sendiri. Jika mungkin, Aku ingin kasih mereka bukan milik yang lain. Rasanya, malam ini aku ingin menghubungi doraemon, atau goblin untuk membuatku berada di kota seberang. Aku membutuhkan mereka, Untuk ku selalu menjalani kerasnya arus hidup. Aku

Peneman Rindu

Secangkir kopi, Dengan ditemani gugusan bintang, Menjadi peneman suasana malam yang sendu, Sama seperti hatiku, Yang mulai merasakan rindu. Luapan rasa ini tak terbendung, Jatuh dan menghujani tanpa ampun, Membuat rasa kopi semakin pahit, Menambah nikmat suasana yang tenang. Teruntuk sang pemilik rindu, Sudahkah angin menyampaikan pesanku? Sudahkah angin membisikkan teriakanku? Jika sudah, Maka aku berharap kamu mengetahuinya, Tanpa perlu membalas, Aku tidak seserakah itu, Cukup kamu mengetahui, Bahwa di kota ini, Di jarak yang memakan ratusan kilometer ini, Dengan ditemani secangkir kopi dan indahnya gugusan bintang, Aku merasakan rindu, Yang selalu tertuju padamu, Hanya kamu.

Merindu

Bintang di tempat ini bersinar terang, Bulan juga nampak tersenyum bahagia, Jauh dari keriuhan, Jauh dari kebisingan, Teramat tenang. Tapi, sepertinya aku mendengar gemuruh, Terletak di jauh di dalam diriku, Di dalam hatiku. Hatiku berteriak pada langit, Meneriakkan sesuatu yang menyesakkan, Membuat bintang bersinar menenangkan, Membuat bulan tersenyum meneduhkan, Dan membuat dingin menyelimuti nyaman. Kebisingan itu mendadak tenang, Namun, kekalutannya tetap menguai, Membuatku semakin merasakan sesak yang semakin mengendap, Kebisingan bernama rindu, Rindukanmu yang berada jauh di tempat kebisingan, Rindukanmu yang berada di pusat keramaian. Setenang apapun tempat ini, Aku tetap merasakan kebisingan yang mencekam. Untuk itu, malam ini aku akan mengungkapkannya, Mengungkapkan pada bintang, Mengubgkapkan pada bulan, Dan mengungkapkan pada malam yang tenang, Bahwa aku, Merindukanmu.

Hipnotis

Detik berlalu, Menit berlalu, Jam berlalu, Hari berlalu, Bulan berlalu, Bahkan sampai tahun berlalu, Kamu tetap menjadi penguasa di pikiranku, Menjadi pemilik tetap hati yang telah hancur, Bahkan menjadi pemeran utama di setiap imajinasi yang kuciptakan. Kamu, Dan selalu kamu. Bahkan, semakin aku melupa, Semakin aku mengingat, Menghapus memori dengan hipnotis bahkan tak pernah mempan untukku, Semakin dalam metode hipnotis itu, Semakin dalam juga aku merindu, Aku tetap merindu, Bahkan ketika kamu sudah tak peduli, Bahkan setelah kamu sudah bahagia bersama pemeran yang bukan aku, Karena, Hipnotis yang kulakukan justru mengembalikan ingatanku tentangmu. Pusat kebahagiaanku, Rahasia dari setiap senyumku, Dan pemilik kisah indah yang aku inginkan. Aku hanya ingin melihat kisah itu, Di mana kamu dan aku masih menjadi kita, Di mana senyum itu masih sebabku. Hentikan hipnotis ini, Karena rasanya menyakitkan, Kenyataan ini menyakitkan, Dan yang bisa menarikku....

The Beautiful Karma

Penyesalan memang selalu berada di belakang, Melukai begitu hebat tanpa ampun, Dan tertawa bahagia melihatku tertunduk. Kamu, Adalah penyesalanku yang paling hebat. Di saat dulu kamu mendekatiku tanpa lelah, Aku dengan brengseknya menyuruhmu berhenti. Dan ketika kamu berhenti, Ketika kamu mulai lelah, Ketika kamu mulai untuk menyerah, Di saat kamu sudah tertawa dengan pemeran lain, Di saat kamu mulai mengobati luka yang kubuat, Aku mulai melihatmu, Aku mulai menyadari bahwa kamu menarik, Aku mulai mengakui bahwa aku jatuh cinta. Brengsek memang menjadi nama tengahku, Tapi, bagiku kamu adalah yang utama. Biarkan aku hanya menatapmu dari belakang, Menjadi pahlawanmu di belakang, Menjadi yang paling berguna, Menjadi pahlawan kesiangan hanya untuk menjagamu. Biarkan aku menikmati karma yang kubuat sendiri. Kamu tak perlu berubah, Biarlah kamu tetap menjadi kamu, Biarlah kamu tetap bersamanya, Aku tak mungkin setega itu untuk menghancurkan hati orang sekali lagi. B

Sejak Senja Kala Itu...

Aku sudah jatuh padamu, Sejak senja kala itu kamu menganggapku ada. Aku sudah menyukaimu, Sejak senja kala itu kamu tersenyum kepadaku. Aku telak mencintaimu, Sejak senja kala itu kamu tersenyum padaku. Biarlah aku hanya di belakangmu, Menjadi bayang-bayang demi melihatmu tertawa, Menjadi bayangan yang tak dianggap namun selalu ada. Biarlah aku menjadi orang gila, Asal dengan kegilaanku aku mampu berada di sisimu, Asal dengan kegilaanku kamu mampu melihatku, Asal dengan kegilaanku kamu masih dalam jangkauanku. Bagiku, kamu adalah obat, Obat yang akhirnya membuatku sadar kembali, Obat yang akhirnya membuatku untuk menata hidup kembali. Kamu adalah serangkaian semoga yang selalu aku bisikkan pada semesta, Agar semesta menyampaikan pada Tuhan untuk membahagiakanmu, Agar semesta menyampaikan pada Tuhan untuk membuatmu tersenyum selalu. Aku tidak ingin yang muluk-muluk, Hanya kamu selalu berada di sekitarku, Maka semua cukup. Hanya kamu selalu berada di jarak pandangku

Cinta Palsu

Untukmu, aku bisa menjadi orang yang berbeda Menjadi kuat di saat ku lemah Menjadi tegar di saat ku hancur Dan tertawa di saat paling lemahku Aku bisa menjadi orang lain hanya untukmu Tapi, mengapa hanya aku yang berjuang? Kamu bilang paling mengenalku, Tapi, mengapa aku merasa kita seperti orang asing? Aku berubah? Atau kamu yang berubah? Atau sebenarnya kita sama-sama berubah? Bagimu, definisi cinta itu apa? Menyiksaku sampai akhir? Atau melukaiku sampai aku tak sanggup bangun? Cinta ini palsu. Lalu, mengapa aku tetap tak bisa berpaling? Rasamu ilusi. Lalu, mengapa aku tetap setia di sampingmu? Aku tak tau. Hanya saja, bagiku kamu yang utama. Asal kamu baik-baik saja, Maka semua cukup. Asal kamu tersenyum, Maka aku sanggup tersenyum. Asal kamu tertawa, Maka semua masalah teratasi. Walaupun bagimu, Semua ini hanya cinta palsu. Dan inspirasi dari tulisan ini berasal dari lagu baru BTS yang berjudul Fake Love. Liriknya bener-bener langsung munculin inspi

Kebodohan

Biarkan aku mengungkapkan kejujuran ini dengan kebohongan, Kebohongan yang membuatku dapat mengungkapkan semua yang kurasa, Bodoh? Ya. Brengsek? Sudah menjadi nama tengahku. Tapi, harus dengan apa aku mengungkapkan tanpa harus merasa kalah? Jelaskan bagaimana aku harus merubah tanpa merasa beda? Bukankah lebih baik aku menyakiti seseorang yang lain asal bukan egoku dan kamu? Biarlah aku yang hitam, Asal kamu tetap memandangku putih. Biarlah aku mengambil semua resiko, Asal kamu tetap dalam dekapanku. Jika aku harus memilih beberapa pilihan berat, Aku akan memilih apa saja, Asal tidak dengan kehilanganmu. Mau sedikit cerita tentang puisi ini. Jadi, aku lagi ngikutin cerita di Wattpad judulnya SayHi! Dan di sana aku suka salah satu karakter yang namanya Ervan. Jadi, puisi ini terinspirasi dari dia banget. Puisi ini adalah sudut pandang si Ervan :)

Pecundang

Aku hanyalah pecundang, Yang hanya berani menatap dari balik tembok. Aku hanyalah pecundang, Yang diam-diam memuja tanpa kata. Aku hanyalah pecundang, Yang mengikat kita dengan tali persahabatan. Dalam hening malam, Aku meneriakkan pada semesta, Tentang betapa istimewanya kamu, Dan betapa payah diriku. Dalam hening malam, Aku hanya berani memelukmu, Tanpa berani mendekapmu erat. Biarkan topeng ini terus terpasang, Agar aku bisa menjagamu dalam jarak aman. Biarkan hatiku berbohong, Agat kamu tak melangkah pergi. Dari berbagai hal yang aku takuti, Melihatmu melangkah adalah hal yang mengerikan. Dari berbagai hal yang aku takuti, Melihatmu berpaling adalah hal terakhir yang ingin aku lihat. Biarlah seperti ini, Seperti arus sungai yang berjalan ke laut. Biarlah seperti ini, Sampai nanti aku sudah merasa pantas. Karena bagaimanapun juga, Kamu adalah orang yang istimewa, Jadi untukku yang pecundang ini, Ijinkan aku untuk memantaskan diri terlebih dahulu, Sebelum

Katakan...

Sekali saja, Katakan bahwa kamu mencintaiku, Katakan bahwa aku tidak bertepuk, Katakan bahwa rasa ini bukan hanya aku saja yang rasa, Karena di saat seperti ini, Aku hanya butuh kamu, Aku hanya butuh dekapanmu, Hanya kamu. Kamu yang paling paham aku, Kamu tahu bagaimana kerasa kepalanya aku, Aku sangat mempunyai kebiasaan yang buruk, Tapi sejauh ini kamu masih bertahan, Untuk itu, Malam ini, Katakan bahwa kamu mencintaiku, Katakan bahwa hubungan ini penting bagimu, Katakan bahwa kamu mencintaiku, Dan semua cukup bagiku. Katakan bahwa kamu mencintaku, Maka semua cukup. Karena sampai kapanpun, Aku tak akan bisa melihatmu bersama yang lain. Sampai kapanpun, Aku tak rela melihat senyum itu bukan untukku.

Kebalikan

Pada akhirnya, janji yang terbuatpun menghilang, Seiring dengan kamu yang melangkah pergi, Tak tersisa, Tetapi, tetap meninggalkan jejak, Jejak luka. Memang semua salahku, Tapi, sayang, kamu bahkan tahu bahwa aku begitu, Sesaat aku mengatakan bahwa aku ingin secangkir teh hangat, Lalu detik berikutnya aku menginginkan kopi, Sesaat aku menginginkan tetap di rumah, Dan detik berikutnya berubah ingin menghirup udara taman, Kamu memahamiku sebaik itu, Lalu, mengapa ketika emosi menguasaiku saat itu, Saat aku mengatakan kata pergi untukmu, Saat aku mengatakan bahwa aku membencimu, Di saat itu, Mengapa kamu memercayaiku? Mengapa kamu menuruti semua ucapanku? Tidakkah kamu berpikir bahwa aku menginginkan kebalikannya? Kamu tahu aku, Dengan sangat baik, Bahkan tak ada yang mengenalku sebaik kamu mengenalku, Tapi, kenapa saat itu kamu berubah menjadi orang asing? Sayang, Terlambatkah jika aku menginginkan kamu kembali saat ini?

Sepuluh Detik

Mau tahu apa hal yang kubenci? Saat air matamu harus menetes karenanya, Saat kamu menyakiti dirimu karena dia, Dan kenyataan bahwa kamu adalah miliknya. Lalu, kamu tahu apa yang kusesali? Saat senja kala itu aku mengikat kita dengan tali persahabatan. Jika saja aku bisa memutar waktu, Aku ingin mengganti nama dari tali yang mengikat kita. Untuk itu, untuk malam ini saja, Ijinkan aku untuk menjadi egois, Ijinkan aku untuk berpikir bahwa kamu kekasihku, Ijinkan aku untuk menyenangkan hatiku. Hanya malam ini saja, Biarkan aku memelukmu, Biarkan aku menunjukkan padamu detak jantungku yang selalu menggila karenamu, Biarkan aku berada dalam dekapanmu. Hanya sepuluh detik, Jika waktu satu menit terlalu lama bagimu, Biarkan hanya sepuluh detik saja, Biarkan sepuluh detik aku berada dalam dunia dongeng, Sebelum aku kembali pada kenyataan, Bahwa kamu adalah miliknya.

Kalau Sosok itu Aku, Maka Jangan Dia

Suara derap terdengar keras mengalun sepanjang koridor kampus. Terlihat seorang laki-laki melangkah terburu dengan alunan napas yang tak teratur. Amarah jelas sekali terlihat di matanya. Dan emosi jelas sekali menguasai dirinya. Membuat si laki-laki ini mengabaikan banyak pandangan yang mengarah padanya. Bagi dia, hanya satu yang menjadi fokusnya kali ini. Menemukan gadis yang beberapa saat lalu menghubunginya dengan tangisan. Laki-laki tersebut berhenti tepat di depan gadis yang sedang menundukkan wajahnya. Langsung saja laki-laki ini mengambil tempat di sebelah gadis tersebut. Membuat si gadis mendongakkan kepalanya. Dan ketika yang ada di depan matanya adalah seorang Angkasa Mahendra, langsung saja gadis itu mendekap erat si laki-laki. Dan suara tangisan kembali terdengar di telinga Angkasa. Membuat amarah yang sempat teredam kembali tersulut, dan semakin membara. Di dunia ini ada beberapa hal yang Angkasa benci, selain seseorang yang membuka ponselnya tanpa ijin, melih