Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Pecundang

Aku hanyalah pecundang, Yang hanya berani menatap dari balik tembok. Aku hanyalah pecundang, Yang diam-diam memuja tanpa kata. Aku hanyalah pecundang, Yang mengikat kita dengan tali persahabatan. Dalam hening malam, Aku meneriakkan pada semesta, Tentang betapa istimewanya kamu, Dan betapa payah diriku. Dalam hening malam, Aku hanya berani memelukmu, Tanpa berani mendekapmu erat. Biarkan topeng ini terus terpasang, Agar aku bisa menjagamu dalam jarak aman. Biarkan hatiku berbohong, Agat kamu tak melangkah pergi. Dari berbagai hal yang aku takuti, Melihatmu melangkah adalah hal yang mengerikan. Dari berbagai hal yang aku takuti, Melihatmu berpaling adalah hal terakhir yang ingin aku lihat. Biarlah seperti ini, Seperti arus sungai yang berjalan ke laut. Biarlah seperti ini, Sampai nanti aku sudah merasa pantas. Karena bagaimanapun juga, Kamu adalah orang yang istimewa, Jadi untukku yang pecundang ini, Ijinkan aku untuk memantaskan diri terlebih dahulu, Sebelum

Katakan...

Sekali saja, Katakan bahwa kamu mencintaiku, Katakan bahwa aku tidak bertepuk, Katakan bahwa rasa ini bukan hanya aku saja yang rasa, Karena di saat seperti ini, Aku hanya butuh kamu, Aku hanya butuh dekapanmu, Hanya kamu. Kamu yang paling paham aku, Kamu tahu bagaimana kerasa kepalanya aku, Aku sangat mempunyai kebiasaan yang buruk, Tapi sejauh ini kamu masih bertahan, Untuk itu, Malam ini, Katakan bahwa kamu mencintaiku, Katakan bahwa hubungan ini penting bagimu, Katakan bahwa kamu mencintaiku, Dan semua cukup bagiku. Katakan bahwa kamu mencintaku, Maka semua cukup. Karena sampai kapanpun, Aku tak akan bisa melihatmu bersama yang lain. Sampai kapanpun, Aku tak rela melihat senyum itu bukan untukku.