Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Tatap Mata

Menatap nanar ke arah jalan di depanku Tubuhku bergetar hebat Semua kenangan kelam itu berbondong masuk ke dalam memori Membuat kepalaku pening Membuat tubuhku menjadi goyah Dan aku merasakan seseorang menopangku Genggaman tangannya terasa pas di tanganku Senyumannya yang hangat itu seolah mengusir awan gelap Tatapan mata itu mengunci pandanganku Membuatku tak dapat berpaling darinya Membuatku tanpa sadar ikut melangkah bersamanya Hembusan angin di sekitarku terdengar seperti nyanyian Satu nyanyian di musim hujan yang indah Kau terus menuntunku Entah kenapa aku ikut bersamamu Bagiku… Kau adalah orang asing yang tak sengaja menyentuh hidupku Aku tak mengenalmu baik Dan kau tak mengenalku baik Anehnya… Aku mampu terbius akan mata dan senyuman itu Hatiku berteriak untuk berhenti Hatiku berteriak untuk menjauh Tapi aku tak mampu melakukannya Aku kalah telak akan mata yang indah itu Aku kalah telak akan senyuman yang bersinar itu

Hujan Awal Bulan November

Hujan di awal bulan November... Dengan kota yang berbeda Namun tetap terasa sama... Kau berada di sisiku Menemaniku menghabiskan hujan Menemaniku menghirup aroma petrichor Aroma favorit kita berdua Jalanan yang padat tak lagi menjadi masalah Riuh kendaraan bersautan tak lagi terpikirkan Kita duduk berdua di serambi Tertawa bersama sambil menatap rindu hujan Tanganmu menggenggam erat tanganku Membuatku tak henti menatap tautan tangan kita Kau membisikkan sebuah kata... Sebuah kata yang akhirnya kau teriakkan pada hujan Sebuah kata yang mampu ditirukan juga oleh rintik hujan Rindu... Kata rindu... Kata yang nyaris selalu kau ucapkan via telepon Kata dan rasa yang nyaris membuat kita gila Kata yang akhirnya membuatmu menyerah... Menyerah dan membuatmu menyeberangi ruang Membuatmu akhirnya berlari ke kota ini Sayang... Aku menyukai ide gilamu Karena ide itu kita akhirnya bertemu... Bertemu dan saling mendekap melepas beban Senyumanmu mampu membuatku lupa...

Sebuah Tiket

Tiket di tanganku bagaikan sebuah bom Sebuah bom yang akan meledakkan kita Hanya sebuah tiket... Namun tiket ini mampu membuatku menangis Tiket ini mampu memisahkan kita Dan aku tak siap untuk itu... Kumohon... Kumohon pergilah esok bukan sekarang Bongkar lagi kopermu... Ikut aku untuk berlari sejenak Ikut aku untuk melihat pelangi sejenak Ikut aku untuk bernyanyi Genggam tanganku sekarang Aku hanya butuh itu... Dan kita akan berlari melawan dunia Jangan... Jangan menatapku seperti itu... Jangan mengatakan semua akan baik-baik aja Aku membutuhkanmu... Kumohon tetaplah di sini satu hari saja Aku ingin mendekapmu erat... Aku ingin memelukmu erat... Satu hari saja... Tundalah keberangkatanmu Atau ijinkan aku untuk mengikutimu Ijinkan aku untuk berada di sisimu Kumohon... Aku takut... Aku takut kita perlahan berpisah Satu hari lagi... Aku mohon... Bertahanlah di sisiku... Bertahan sampai aku siap untuk berbeda jarak dan waktu Hanya satu hari... Aku ingi