Aku sudah berada di ambang kewarasan,
Membiarkan hatiku telak memonopoli keadaan,
Membuat otakku hilang fungsi seketika.
Aku ingin memeluk punggung di depanku,
Memberikan sinyal padanya bahwa aku mencinta.
Aku ingin memberikan pelukan hangat,
Memberikan tanda bahwa aku kalah dengan pertaruhanku.
Lalu kemudian, kenyataan membuatku berhenti di perbatasan.
Membuatku sadar bahwa ada jemari lain yang kamu genggam,
Membuatku sadar bahwa ada senyum lain yang kamu ukir.
Untuk itu, aku mohon padamu untuk berhenti.
Berhenti memberikan getar nyaman itu,
Berhenti untuk menampakkan kamu mencinta padahal tidak,
Berhenti.
Sebelum aku menjadi orang bodoh di hadapanmu,
Sebelum aku mengacaukan semuanya,
Sebelum kewarasanku menghilang semua.
Biarlah,
Biarkan aku hanya menatapmu di garis batas ini,
Menyimpan rapat rahasia yang aku bagi dengan semesta.
Biarkan aku selalu menjadi pundakmu untuk berkeluh,
Menjadi pendengar di setiap bab kisahmu.
Biarlah,
Aku menikmati proses mencinta ini,
Hingga semesta membawa kabar baik nantinya.
Membiarkan hatiku telak memonopoli keadaan,
Membuat otakku hilang fungsi seketika.
Aku ingin memeluk punggung di depanku,
Memberikan sinyal padanya bahwa aku mencinta.
Aku ingin memberikan pelukan hangat,
Memberikan tanda bahwa aku kalah dengan pertaruhanku.
Lalu kemudian, kenyataan membuatku berhenti di perbatasan.
Membuatku sadar bahwa ada jemari lain yang kamu genggam,
Membuatku sadar bahwa ada senyum lain yang kamu ukir.
Untuk itu, aku mohon padamu untuk berhenti.
Berhenti memberikan getar nyaman itu,
Berhenti untuk menampakkan kamu mencinta padahal tidak,
Berhenti.
Sebelum aku menjadi orang bodoh di hadapanmu,
Sebelum aku mengacaukan semuanya,
Sebelum kewarasanku menghilang semua.
Biarlah,
Biarkan aku hanya menatapmu di garis batas ini,
Menyimpan rapat rahasia yang aku bagi dengan semesta.
Biarkan aku selalu menjadi pundakmu untuk berkeluh,
Menjadi pendengar di setiap bab kisahmu.
Biarlah,
Aku menikmati proses mencinta ini,
Hingga semesta membawa kabar baik nantinya.
Komentar
Posting Komentar