Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Risau

Teruntuk kamu, Yang hatinya entah berada di mana... Jika kamu bahkan tidak bisa memilih, Maka jangan memintaku untuk bertahan, Karena baru aku sadari bahwa... Mencintaimu sudah tak sesederhana itu... Mencintaimu membuatku serakah, Serakah untuk memilikimu... Hanya untuk diriku saja.

Mencipta Sunyi

Aku berlari, Menjauhi keramaian, Dan menemui keramaian yang lain, Bersembunyi di balik bisingnya sunyi, Bersembunyi di balik riuhnya keadaan. Hingga tanpa sadar, Merubah segala yang ada di permukaan, Airnya tak lagi tenang, Riaknya mulai terdengar ke pelosok, Menimbulkan ketakutan. Yang terpenting bagiku, Aku berada di dataran yang aman, Meskipun aku mengerti, Tak ada diam yang memberi jaminan. Ketenangan ini, Sangat tidak aku nikmati. Gemuruh yang memburu ini, Sangat menyiksaku tanpa ampun. Membuatku tak mengerti, Apa yang seharusnya aku pilih? Menjadi diriku sendiri, Tetapi merusak istana kerajaan yang aku dirikan. Atau bersembunyi di balik topeng, Tetapi mempertahankan kokohnya kerajaan tersebut. Duniaku mulai goyah, Mulai berubah arusnya, Menjadi tidak seperti yang biasa aku lihat. Terseok-seok aku berlari, Mencoba mempertahankan apa yang tidak ingin kuubah, Tetapi, Terlalu susah untuk menahan godaan yang ada di depan mata, Terlalu susah untuk mengaba

Teruntuk Pemilik Hati

Teruntuk pemilik hati, Ijinkan aku untuk menulis surat terbuka kepadamu, Dan jika kamu membaca surat ini, Maka simpan untukmu sendiri. Aku akhirnya memilih untuk tidak menyeberang. Memilih bertahan di jalan ini, Dan berhasil memenangkan egoku. Aku tidak ingin merusak tatanan yang sudah ada. Tidak ingin melukai siapapun. Maka, Kamu juga berhenti. Berhenti membuatku bimbang. Berhenti untuk merayuku agar menyeberang. Karena kamu tak pernah tau seberapa besar pengaruhmu terhadapku. Aku memilih untuk tetap berada di jalanku. Memilih untuk menyerah. Karena, Kamu terlalu berharga untuk seseorang sepertiku. Karena, Kamu terlalu berharga untuk dipandang buruk oleh orang lain, Karena, Kamu terlalu berharga untuk menjadi antagonis. Jadi, Biarlah aku menyerah, Menyimpan hati yang mulai terukir namamu dalam diam, Tersenyum dari jarak aman ketika melihatmu bahagia, Dan berharap suatu saat pangeranku bisa mengalahkan pengaruhmu. Aku tidak akan menghapus rasaku, Aku hanya m

Kota Istimewa

Pada jalan yang kata orang istimewa ini, Aku dan kamu pernah menghabiskan waktu, Berjalan berdua tanpa peduli keadaan, Menghabiskan senja untuk mengukir kenangan, Dulu, Sebelum setelahnya kamu memilih beranjak. Kota ini masih indah, Masih sama istimewanya seperti beberapa tahun aku dan kamu pernah berkunjung. Kota ini tak pernah bisa membuatku membencinya, Karena kota ini terlalu istimewa untuk dibenci. Kenangan tentang aku dan kamu terlalu indah untuk aku benci. Pada jalan dimana kata kita masih dapat digunakan, Kenangan yang terukir berbondong menyerobok, Mengoyakku tanpa ampun, Membuatku sesak, Sekaligus bahagia. Bagaimanapun, Kota ini tetap menjadi hal terindah tentang kita. Satu dari sekian banyak luka yang sempat tercipta. Karenanya, Aku tak pernah membenci kota ini, Bukan, Lebih tepatnya aku tak bisa membenci kota ini. Karena hanya di kota inilah, Aku dapat mengerti bahwa aku dan kamu pernah menjadi kita.

Runaway

Aku berdiri di depan cermin, Dan melihat bayangan aneh, Gadis di depanku memiliki senyumku, Tapi bukan seperti senyumku, Gadis di depanku memiliki binar mataku, Tapi bukan seperti binar mataku. Tapi dia terlihat sepertiku. Lalu, aku termenung. Semengerikan itu? Tali-tali yang mengikat pikiranku, Ternyata sehebat itu merubah sosok di cermin itu. Mimpi yang terasa jauh, Kenyataan yang menjerat. Semua terasa berat. Tanggung jawab itu tetaplah milikku. Untuk sejenak, Aku ingin berlalu. Menuju ke kota baru, Menuju ke manapun yang tak mengenalku. Agar aku tak perlu berpura. Agar aku dapat menjadi aku lagi. Agar tak perlu ada kekhawatiran lagi. Untuk sejenak, Aku ingin berlari. Bertaruh dengan angin, Bertaruh dengan jejak, Untuk menemukan senang kembali. Bawa aku, Untuk menemukan diriku lagi. Kemanapun. Di mana pun tempat yang dapat mengembalikanku kembali. Inspired by Bobby - Runaway

Review : Tujuh Hari untuk Keshia

Tujuh Hari untuk Keshia. Adalah novel kesekian karya seorang Inggrid Sonya yang aku baca bahkan sejak cerita itu masih di Wattpad. Cerita yang mungkin bagi sebagian orang sad ending, namun bagiku cerita ini termasuk dalam kategori happy ending dan ending yang masuk akal. Kenapa gitu? Yaaa, karena pada endingnya, setiap tokoh dapat mengikhlaskan dengan tulus, dapat kembali lagi menjalani aktifitasnya. Dan masih tetap mencintai sosok Sadewa tanpa harus terpuruk lebih jauh lagi. Setiap tokoh sudah menemukan bahagianya masing-masing tanpa harus melupakan Sadewa. Happy ending bukan? Untuk perbedaan versi wattpad dan buku, jujur aku lebih suka versi wattpad hehehe. Abang Riverku banyak part di versi wattpad, dan berkat versi wattpad ini juga aku sehalu itu sama River sampe-sampe dulu kalo bingung mau curhat ke siapa, aku nulis curhatanku dan bikin seolah olah aku ngobrol sama River. Sehalu itu memang. Tapi, jujur kalo buat masalah jalan cerita, penokohan, dan kesan ajaib dari cerita ini

Review : Nagra dan Aru (Part 2)

Akhirnya, setelah sekian lama nungguin novel itu terbit, minggu kemarin, novelnya sudah terbit. Dan Alhamdulillah banget aku bisa ngikutin PO dan udah nuntasin baca sekali lagi novelnya. Antara novel dan instagram jelas ada beberapa perbedaan. Aku inget banget ada satu scene dari instagram yang nggak ada di novel. Dan versi novel ini lebih terbaru, dilihat dari beberapa drama dan webtoon yang muncul di dalamnya. Untuk masalah yang lain, aku rasa nggak ada yang beda banget bangetlah, kecuali plot yang lebih rapi. Jujur, di waktu baca di instagram tuh ada beberapa plot hole yang bikin bingung dan ternyata dirapihin lagi di novel. Pengkarakterannya masih sama. Nagra Sahendra masih bikin aku berdebar waktu baca novelnya. Dan sekali lagi sukses bikin aku jatuh cinta sama sifatnya. Aru juga masih receh dan bikin aku ngakak. Dan seorang Igo masih menjadi second lead yang aku nggak bisa benci di dunia pernovelan. Kalo ditanya " Worth it nggak sih baca novel itu?" Aku deng

I'm OK

"Kamu baik-baik saja?" "Ini semua salahku" "Tenang, semua akan baik-baik saja. Kamu akan menemukan yang lebih baik dariku" Aku mohon berhenti. Jangan pedulikan aku. Mata simpatimu palsu, Senyum menenangkanmu menyayatku, Kata maafmu hanya untuk mengenyangkan egomu sendiri, Tanpa ketulusan, Tanpa rasa ampun. Jadi, pergilah. Jangan mencoba menenangkanku, Jangan mencoba mengatakan padaku semua baik-baik saja, Jangan mencoba untuk membuatku nyaman. Aku tidak butuh itu. Jika memang kamu melihatku menangis, Pergilah. Jangan mencoba membuatku nyaman jika nantinya kamu akan membunuhku juga. Mawar yang selalu aku genggam, Pada akhirnya membuatku berdarah juga. Pasir yang selalu aku genggam, Pada akhirnya terlepas juga dari tanganku. Melihatmu tersenyum, Membunuhku perlahan. Seolah kesedihanku bukanlah sesuatu yang berarti. Jika akhirnya seperti ini, Sedari awal seharusnya aku tak menerima mawar yang kamu beri senja kala itu. Jika akhirnya s