Detik terus berjalan tanpa henti. Tanpa menungguku untuk bersiap. Hingga datang masa dimana satu per satu orang terdekatku memberiku sebuah tanda bahwa mereka akan menulis lembaran yang baru. Dan aku tidak akan pernah bersiap pada apapun tentang yang berkaitan dengan masa depan. Membuatku memberhentikan waktu di umur 18 tahun. Saat dimana masaku hanya haha hihi haha hihi, nongkrong pulang sekolah, dan mencoba banyak hal baru di masa peralihan menuju remaja. Young, wild, and free katanya. Membuatku memberhentikan waktu di umur 22 tahun. Sama seperti lagu Taylor Swift yang isinya hanya hura hura. Waktuku hanya berisikan tentang keluarga, sahabat, dan dia yang membuat jantungku kembali belingsatan hanya karena dia yang menepuk pelan kepalaku. Masa dimana aku mempunyai segalanya tanpa tau bahwa keluarga dan sahabat bisa jadi dua hal yang menyakitiku paling dalam. Waktuku total berhenti di dua masa itu. Masa dimana semua terasa pas dan sempurna pada porosnya. Waktuku total berhenti pada
Semua yang berkaitan dengannya nyatanya tak pernah berakhir baik-baik saja. Lagu yang sering dia putar, makanan yang selalu dia pesan, bahkan setiap tempat yang selalu dia dan aku datangi. Semua tak pernah menjadi hal yang berakhir baik jika aku bertemu dengannya. Semua hal itu akan selalu mendatangkan jutaan kenangan yang lama telah aku coba untuk lupakan. Termasuk jalanan yang saat ini sedang aku pandangi. Sebuah jalan bernama Malioboro yang dulunya menjadi tempat nomor satu bagiku. Lalu lalang manusia tidak membuat otakku berhenti bekerja dalam menghentikan semua kenangan yang mendadak datang bagaikan sebuah film yang aku tonton di tv usang. Samar namun menguat di saat bersama. Memburam tapi tercetak kuat di saat bersamaan. Membuatku menggila. Membuatku sesak akan dorongan rindu yang tidak boleh aku rasakan kembali. He is sensible and so incredible Mencoba menghapus bayangannya dengan memikirkan seseorang yang beberapa bulan ini selalu menemaniku. Mencoba untuk meyakinkan hati