Detik terus berjalan tanpa henti. Tanpa menungguku untuk bersiap. Hingga datang masa dimana satu per satu orang terdekatku memberiku sebuah tanda bahwa mereka akan menulis lembaran yang baru.
Dan aku tidak akan pernah bersiap pada apapun tentang yang berkaitan dengan masa depan.
Membuatku memberhentikan waktu di umur 18 tahun. Saat dimana masaku hanya haha hihi haha hihi, nongkrong pulang sekolah, dan mencoba banyak hal baru di masa peralihan menuju remaja. Young, wild, and free katanya.
Membuatku memberhentikan waktu di umur 22 tahun. Sama seperti lagu Taylor Swift yang isinya hanya hura hura. Waktuku hanya berisikan tentang keluarga, sahabat, dan dia yang membuat jantungku kembali belingsatan hanya karena dia yang menepuk pelan kepalaku. Masa dimana aku mempunyai segalanya tanpa tau bahwa keluarga dan sahabat bisa jadi dua hal yang menyakitiku paling dalam.
Waktuku total berhenti di dua masa itu. Masa dimana semua terasa pas dan sempurna pada porosnya.
Waktuku total berhenti pada dua masa itu dan seolah detik yang berjalan sampai saat ini aku hanya melanjutkan hidup yang belum saatku untuk berhenti.
Lalu, saat datang masa dimana aku disadarkan bahwa detik nyatanya tetap berjalan, membuatku sadar bahwa aku sudah berjalan jauh. Lebih jauh dari waktu yang aku hentikan. Nyatanya, detik selalu berjalan tanpa menungguku sembuh.
Dan sekali lagi....
Aku tidak akan pernah siap tentang apapun perkara masa depan.
Karena detik pertama kamu menunjukkan punggungmu....
Detik itu juga aku menolak apapun soal masa depan dimana kamu bukan bagian dari masa depanku.
Komentar
Posting Komentar