Tujuh Hari untuk Keshia. Adalah novel kesekian karya seorang Inggrid Sonya yang aku baca bahkan sejak cerita itu masih di Wattpad. Cerita yang mungkin bagi sebagian orang sad ending, namun bagiku cerita ini termasuk dalam kategori happy ending dan ending yang masuk akal. Kenapa gitu? Yaaa, karena pada endingnya, setiap tokoh dapat mengikhlaskan dengan tulus, dapat kembali lagi menjalani aktifitasnya. Dan masih tetap mencintai sosok Sadewa tanpa harus terpuruk lebih jauh lagi. Setiap tokoh sudah menemukan bahagianya masing-masing tanpa harus melupakan Sadewa. Happy ending bukan?
Untuk perbedaan versi wattpad dan buku, jujur aku lebih suka versi wattpad hehehe. Abang Riverku banyak part di versi wattpad, dan berkat versi wattpad ini juga aku sehalu itu sama River sampe-sampe dulu kalo bingung mau curhat ke siapa, aku nulis curhatanku dan bikin seolah olah aku ngobrol sama River. Sehalu itu memang. Tapi, jujur kalo buat masalah jalan cerita, penokohan, dan kesan ajaib dari cerita ini aku lebih suka versi buku. Nggak berbelit. Alurnya lebih rapih. Dan nyaris nggak ada plot hole. Walaupun masih ada satu dua kata yang typo, tapi yaudahlah yaaa, aku juga masih banyak typo meskipun udah ngerjain skripsi. Jadi, intinya sih, aku nggak bisa milih mana yang aku lebih bener-bener suka hehehe, aku suka versi wattpad, tapi versi buku lebih bikin aku jatuh cinta. Gimana ya? Labil juga kan aku? Wkwkwk
Buku ini baru dateng Senin kemarin. Pas banget momennya waktu aku lagi stress-stressnya ngerjain skripsi. Pas banget dengan kondisiku yang lagi sensitif-sensitifnya. Dan pas banget waktu lagi baper parah dengerin Ayah sama Ibu yang ngelarang aku buat nggak terlalu tertekan masalah skripsi. Cerita versi buku ini jelas banget meluluh lantakkan hatiku sih. Nyeseknya parah. Nggak tau aturan. Dan bikin stressku pindah dari skripsi ke alur cerita buku ini. Meskipun nggak sampe bikin aku nangis parah kek versi wattpad sih, tapi nyeseknya lebih nyiksa.
Hubungan Keshia sama Sadewa yang notabene Ayah dan Anak di versi buku ini menurutku lebih masuk akal. Lebih sweet, lebih realita pada umumnya. Dan juga lebih membunuh di akhir ceritanya. Sampe bikin mikir keknya kalo aku jadi Keshia gilanya bisa lebih parah deh. Dan sepertinya memang begitu.
Untuk hubungan abang Sungai alias River dengan Keshia, untuk versi buku jelas aku lebih kesel bacanya. Adegan romantis Abang Sungai dan Keshia nggak ada. Padahal dari awal udah dikasih tau sama penulisnya kalo percintaan remajanya dikit banget wkwkwk, emang dasarannya aja maksa berharap ada banyak scene Keshia-River. Cuma di versi buku ini aku suka hubungan persahabatan Citra dan Keshia yang membaik. Yang nggak saling melukai. Dan kembali menjadi sahabat baik. Walaupun ada satu scene yang mana di scene itu seharusnya adalah milik River dan diganti menjadi Citra--bagi pembaca wattpad mungkin inget--tapi, aku tetep ngerasa emang lebih pantes diambil alih oleh Citra. Meskipun tetep pas baca yang ada di otak adalah versi River.
Banyak banget pesan moral yang aku dapetin sih dari cerita ini. Walaupun aku berada dalam posisi dekat dengan Ayah dan Ibu, bukan berarti aku juga nggak ngerasa canggung kek yang Keshia hadapin bareng Sadewa. Ada beberapa waktu dimana aku canggung dan nggak berani mengatakan apa yang ingin aku rasakan. Yaa, aku nggak kek Keshia yang emang nggak bisa sepik sepik manis ke Sadewa. Aku tipe anak yang bisa sepik sepik manis ke Ayah sama Ibu. Tapi, tetep aja, waktu Ayah sering banget bilang Maaf yaa, Ayah belum bisa bahagiain Adek, Ibu, sama Mas, aku baper parah dan milih diem. Waktu Ibu nangis gegara aku cuma sakit receh kek mag yang emang sering aku rasain dan Ibu langsung nangis. Waktu aku ngerasa capek banget sama skripsi dan dosen pembimbing dan nangis di depan mereka dan bikin Ibu ikutan nangis. Di saat-saat seperti itu, aku nggak mampu mengatakan seberapa banyak aku bersyukur miliki mereka dalam hidupku.
Buku ini bikin aku paham kenapa Ayah getol banget pengen aku lanjut kuliah S2. Bikin aku paham kenapa Ayah sama Ibu selalu protektif sama aku berkaitan dengan caraku berpakaian. Bikin aku paham sisi-sisi marahnya mereka dari sudut pandang mereka. Bahwa, sehancur apapun kehidupan orang tua, mereka tetep ingin anaknya sukses dan mempunyai status di tengah masyarakat. Sama seperti Sadewa yang rela mengorbankan apa saja hanya demi melihat Keshia bahagia dan mendapatkan apa yang dia mau. Sama seperti Sadewa yang banyak meminta maaf atas kesalahan-kesalahannya yang sebenernya juga nggak murni kesalahannya. Sama seperti Diana yang mencintai Keshia dengan caranya sendiri. Aku mulai paham.
Nggak banyak novel teenlit yang mengambil sudut kisah orang tua dengan anaknya. Kebanyakan pasti tentang kisah cinta dua remaja yang di dalamnya dibumbui kisah mereka dengan orang tuanya. Tapi, di dalam novel ini, semua dibalik 180 derajat. Kisah cinta remanya dikit parah, kalo emang bisa dipersenin sih keknya cuma satu persen aja. Sisanya, tentang konflik anak dengan orang tua. Bahkan, Abang River banyak munculnya karena konflik dia dengan keluarganya.
Aku beneran rekomendasi banget semua kudu baca buku ini keknya. Biar anak muda jaman sekarang lebih bisa ngerti sudut pandang orang tua. Biar anak muda jaman sekarang lebih bisa sayang ke orang tuanya sendiri. Biar anak muda jaman sekarang nggak cuma cinta-cintaan doang yang dipikirin. Buku ini bener-bener ngungkapin banget kalo nggak ada pacar tuh kalian masih bisa hidup. Nggak ada pacar nggak bikin kamu sekarat. Keshia aja bisa jomblo lama. River juga betah-betah aja jomblo tanpa harus pdkt modus ke Keshia, meskipun dia memang perhatian dengan caranya sendiri, tapi River nggak modus, dia tulus ke Keshia. Dan bahkan Citra aja bisa mutusin Erik dan lebih milih memperbaiki hubungannya dengan Keshia. Nggak semua melulu soal cinta ke pasangan. Karena ada satu cinta yang banyak orang lupa. Ada satu cinta tulus yang sering orang abaikan. Dan cinta ini, jika tersampaikan dengan tulus, maka benar-benar akan membuat kamu gila untuk merasakannya kembali jika kamu kehilangannya.
Seperti Keshia yang sehancur itu waktu kehilangan Sadewa. Seperti River yang sehancur itu waktu mengetahui Ayah dan Mamanya nggak ada. Mereka berdua sama-sama gila dengan fakta itu. Mereka menolak untuk percaya. Dan mereka membutuhkan waktu seumur hidup untuk menyembuhkannya. Keshia masih bisa bertahan waktu Erik ninggalin dia. River masih bisa bertahan meskipun Keshia nggak mengenalinya. Tapi, mereka sama-sama hancur ketika kehilangan orang tua.
Aku bersyukur nggak ada plot twist yang menyebalkan. Seneng juga di akhir cerita Keshia tetep sama Abang River dan saling menyembuhkan luka bersama. Dan lebih seneng lagi karena part Keshia-Sadewa banyak.
Dan sebagai penggemar Abang River, aku berharap ada side story tentang kisah cinta River sama Keshia hehehehe.
Oh iya, buat semua yang belum pernah baca novel karya Inggrid Sonya, aku saranin kalian buat baca deh. Kalo bisa baca semua karyanya, mulai dari Revered Back, Wedding with Converse, Nagra dan Aru yang mana novel ini collab sama Jenny Thalia, dan yang terakhir Tujuh Hari untuk Keshia. Dijamin nih, nggak nyesel kalian bacanya. Serius! Karena emang sebagus itu karya dia menurutku. Dan aku pengen kalian ngerasain pesan-pesan yang ingin dia sampaikan.
Komentar
Posting Komentar