Langsung ke konten utama

Stranger♥



Hari Kamis selalu menjadi hari terlelahku selama seminggu. Bagaimana tidak? Selalu ada tugas Akuntansi yang harus dikumpulkan hari itu juga, otomatis kita langsung kerja rodi. Apalagi, anak yang paham dan jago pelajaran itu hanya dua orang. Jangan tanya mengapa kita nggak paham, tanyakan mengapa gurunya tak pernah menjelaskan dan sekalinya menjelaskan seperti pesawat jet. Cepat sekali. Aku memasuki cafe yang khusus menyediakan kopi dan mengambil tempat duduk di pojokan cafe. Tempat favoritku. Segera aku memesan secangkir cappucino hangat dan donat rasa strawberry. Aku butuh pengalih dan penenang pikiran untuk saat ini.
Menyapukan pandangan ke sekeliling cafe. Lagi-lagi cowok itu. Bukannya gimana yaa, tapi setiap aku ada di sini dia juga selalu ada di sini. Entah untuk apa. Dan dia selalu memesan kopi hitam hangat dan pandangannya selalu menatap ke arah pintu masuk. Seperti menantikan seseorang. Mungkin kekasihnya? Entahlah. Tapi, jujur aku selalu penasaran dengannya. Dan suatu keberuntungan aku telah mengetahui namanya. Aku mengetahui namanya karena pernah suatu hari dia ke cafe ini bersama temannya dan temannya memanggil namanya. Antares. Nama yang bagus. Dan setauku itu adalah namanya bintang yang paling besar bukan?
Aku menatapnya tanpa sadar hingga pesananku datang. Astaga, bagaimana mungkin aku hanya menatapnya selama dua puluh menit tanpa mengalihkan pandangan darinya? Bahkan, bisa dibilang aku sedang melamun. Bagaimana jika dia melihatku ketika aku melamun tadi? Sepertinya aku harus menghapus kebiasaan jelekku jika terlalu fokus memperhatikan sesuatu akan berujung melamun ini. Sungguh kebiasaan yang sangat mengganggu.
Aku mencuri pandang ke arahnya lagi. Syukurlah, dia tak melihat ke arahku ataupun curiga ke arahku. Ah, Antares, mengapa kau tampan sekali? Sepertinya dia lebih tua dari aku. Karena mukanya terlihat lebih dewasa dan lebih matang. Dengan rahang yang keras dan dagu yang lumayan lancip. Mata yang lebar dan sangat meneduhkan. Bukan jenis mata tajam yang mengintimidasi. Tapi jenis mata yang menenangkan dan meneduhkan. Jujur, aku selalu penasaran bagaimana efek bagi tubuhku jika melihat mata penenang itu menatap ke arahku. Bibirnya yang berwarna merah dan penuh itu menunjukkan bahwa sepertinya dia bukanlah seorang perokok. Hmm, sepertinya memang tidak. Karena aku tak pernah melihatnya merokok sekalipun di cafe ini diperbolehkan untuk merokok, namun di ruangan outdoor.
Antares selalu memakai jaket berwarna hitam yang aku rasa dapat memberikan kehangatan di musim hujan ini. Dan yang terlihat dari seragamnya hanyalah celana putih abu-abunya yang sama seperti murid negeri lainnya. Membuatku susah menebak dia berasal dari sekolah mana. Antares selalu sukses membuatku penasaran dengan segala aktivitasnya itu.
Aku menghirup aroma cappucinoku dan mulai meminumnya. Demi apapun yaa, ini rasanya nikmat banget dan sukses membuatku melupakan tentang pelajaran Akuntansi tadi. Cukup membahas pelajarannya, oke? Mari kita nikmati sore ini dengan secangkir cappucino dan donat rasa strawberry yang cukup menggugah selera ini.
Tiba-tiba saja hujan turun. Ah, aku selalu menyukai ketika hujan turun. Membuatku mendapatkan inspirasi untuk menulis. Aku langsung membuka laptop dan melanjutkan ceritaku untuk langsung diposting ke blog pribadiku. Hmm, kali ini temanya apa ya? Tentang cowok itu? Tentang Antares? Sepertinya, aku selalu menulis tentangnya dan cafe ini. Sudah terlalu banyak ceritaku tentang dia namun, aku tak pernah bosan untuk terus menulisnya.
Aku pernah berdiri berdekatan dengannya ketika akan membayar di kasir. Dan aku menyukai aroma tubuhnya. Aroma parfume dari brand parfume ternama dunia dengan wangi musk yang menyegarkan dan memabukkan. Mengapa aku bilang memabukkan? Karena membuatku enggan untuk berpaling darinya. Oh tentu, aku tak bohong mengatakannya. Kalian bisa buktikan sendiri kalau tidak percaya.
Khayalanku dipecahkan oleh sebuah dering telpon dari handphoneku.
“Halo?”
“Adek” Oh, ternyata kakakku. Dan dia menyuruhku untuk pulang. Bagaimana caranya aku pulang tanpa basah kuyup? Sedangkan di luar sedang hujan deras sekali? Menyusahkan sekali. Dan setelah aku merayunya dia mau untuk menjemputku.
Aku menaruh handphoneku di atas meja dan melanjutkan hasil karyaku seraya meminum cappucinoku lagi. Saat sedang tenggelam dalam imajinasiku akan Antares. Handphoneku lagi-lagi berbunyi. Melihat siapa penelponnya, ternyata kakakku sendiri. Sepertinya aku harus segera pulang saat ini dan melanjutkan ceritaku di rumah.
Segera aku membayar dan meninggalkan cafe ini. Sepertinya ada yang tertinggal, namun belum aku memikirkan apa yang tertinggal, handphoneku berdering kembali. Menandakan kakakku benar-benar tidak sabar lagi. Heran deh, disuruh nunggu sebentar kok bawel banget. Aku berlari dan langsung masuk ke dalam mobil Brio berwarna hitam. Belum juga aku duduk dengan nyaman, kakakku yang gantengnya naudzubillah ini langsung tancap gas.
“Bisa santai nggak sih? Belum enak nih duduknya” umpatku yang hanya dibalas ketawa olehnya. Heran, bagaimana ceritanya dia justru banyak yang suka? Nyebelin gini tingkah lakunya. Kalau aku jadi cewek-cewek itu, aku bakalan berfikir seribu kali sebelum menyukainya.
Macet everywhere. Kayaknya nggak Cuma Jakarta yang dilanda macet. Namun, Surabaya juga mulai ketularan Jakarta macetnya. Aku dan kakakku bernyanyi sambil menunggu kemacetan ini berakhir. Sebenarnya, jarak antara cafe dan rumahku hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit jika tak macet. Namun, hari ini aku menghabiskan waktu satu jam untuk mencapai rumah.
Saat aku sudah berada di kamar, aku mengecek semua barangku karena feelingku tak enak. Seperti ada yang tertinggal. Benar kan apa kata feelingku tadi. Dompetku tertinggal. Ah, pasti waktu bayar tadi aku lupa memasukkannya ke dalam tas. Cerobohku kapan sembuhnya sih? Kalau diambil sekarang juga nggak memungkinkan, ini sudah terlalu malam. Dan pasti aku nggak dibolehin buat keluar. Dan juga, aku sudah menjamin kalo kakakku tercinta itu tak mau mengantarkanku. Malangnya nasibku.
Rencanaku sepulang sekolah ini aku mau ke cafe itu lagi untuk mengambil dompetku yang tertinggal. Semoga masih ada. Semoga penjaga cafenya masih menyimpannya. Banyak sekali barang berharga disitu. Banyak sekali tiket-tiket bioskop yang aku kumpulkan, sayang sekali kalau sampai hilang. Oke, katakan aku gila. Aku tak peduli. Aku memang suka mengoleksi tiket film bioskop. Hobi yang sama dengan kakakku.
Kali ini aku sedang berada di pinggir jalan untuk menunggu angkot. Kalian pikir aku ke sana dengan motor atau mobil? Tidak, aku pergi dengan angkot. Karena ayah melarangku untuk memakai mobil dan aku tak bisa membawa motor. Oke, jangan menertawakanku.
“Gwen!” Sepertinya, ada yang memanggil namaku. Saat aku melihat ke kanan dan kiri tak ada yang sedang memanggilku. Oh, mungkinkah ada setan saat siang hari? Stop! Imajinasimu terlalu berlebihan, Gwen!
Mendadak ada seorang cowok di depanku. Aku melihat dari atas sampai bawah. Sepertinya tak asing lagi bagiku. Namun, aku pernah bertemu dimana yaa? Aku melihat wajahnya lagi. Astaga...
“Sudah puas ngeliatin wajahku?” tanya Antares. Oke, cowok di depanku saat ini adalah Antares. Antares. Iya, Antares yang ada di cafe itu. Tapi, ngapain ya dia ada di sini?
“Ini dompetmu. Kemarin ketinggalan di cafe, aku melihat kartu pelajarmu, dan menunggumu di balik pohon sana” tunjuknya di balik badannya.
“O-o-oh ya, terima kasih” ucapku terbata
“Antares. Antares Maxilian Rusdiantoro” ucapnya sambil mengulurkan tangannya
“Gwen. Gwen Vanessa Pratama” jawabku sambil menjabat tangannya.
Aku tak menyangka akan hari ini. Aku tak menyangka akan mengenalnya secara langsung. Aku tak menyangka akan menjabat tangannya. Akhirnya impianku terwujud, matanya menatap mataku. Dan yang kurasakan adalah kehangatan, tepat seperti apa yang aku harapkan. Tak ada tatapan mengintimidasi sama sekali. Yang ada hanya tatapan hangat dan ketenangan.
Sejak hari itu, aku tak pernah duduk sendiri saat berada di cafe. Aku selalu bersamanya. Antares. Antares Maxilian Rusdiantoro. Inspirasiku dalam menulis. Orang asing yang masuk ke dalam hatiku. Antares. Ya, Antares.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Cenat Cenut

Dulu waktu awal-awal aku jadi smesbles drama mini seri ini muncul. Dan selalu membuat 'booming' para 'Performance' *sebutan kelasku* gimana gak? orang mayoritas warganya SMASHBLAST walaupun gak dikit juga yg antis. Tapi, selalu di bikin bahan candaan, bahan debatan, dll. Cinta cenat cenut atau di singkat CCC ini waktu awal mulainya selalu di tunggu-tunggu, banyak banget anak yg update status gak sabar pengen liat drama mini seri ini. Bahkan, yang awalnya antis setelah nonton ccc beralih menjadi SMASHBLAST! Keren gak sih? Keren banget doonng :D . Dan, banyak banget yg mengikuti SM*SH maen di drama mini seri atau kalo gak gitu FTV, seolah-olah julukan SM*SH sebagai 'pioner' itu bener-bener terasa banget. Sayang, ccc cuma 13 episode, waktu episode terakhir aku sempet nangis sihh, tapi cuma bentar, toh katanya ccc 2 bakalan ada. Berbulan-bulan aku nantiin, tapi selalu dalam tahap project! Sampai pada sekitaran November ccc2 resmi tanyang pada tanggal 3 Desember 2011

Review : Tujuh Hari untuk Keshia

Tujuh Hari untuk Keshia. Adalah novel kesekian karya seorang Inggrid Sonya yang aku baca bahkan sejak cerita itu masih di Wattpad. Cerita yang mungkin bagi sebagian orang sad ending, namun bagiku cerita ini termasuk dalam kategori happy ending dan ending yang masuk akal. Kenapa gitu? Yaaa, karena pada endingnya, setiap tokoh dapat mengikhlaskan dengan tulus, dapat kembali lagi menjalani aktifitasnya. Dan masih tetap mencintai sosok Sadewa tanpa harus terpuruk lebih jauh lagi. Setiap tokoh sudah menemukan bahagianya masing-masing tanpa harus melupakan Sadewa. Happy ending bukan? Untuk perbedaan versi wattpad dan buku, jujur aku lebih suka versi wattpad hehehe. Abang Riverku banyak part di versi wattpad, dan berkat versi wattpad ini juga aku sehalu itu sama River sampe-sampe dulu kalo bingung mau curhat ke siapa, aku nulis curhatanku dan bikin seolah olah aku ngobrol sama River. Sehalu itu memang. Tapi, jujur kalo buat masalah jalan cerita, penokohan, dan kesan ajaib dari cerita ini

Aku Masih Menulis...

Aku masih menulis, Menulis tentang masa-masa yang telah aku tinggal jauh di belakang, Masih berangan tentang mawar yang aku usahakan untukmu, Masih berangan tentang binar matamu yang aku pikir hanya untukku kala itu, Masih berangan tentang bercerita di depan api unggun yang kamu nyalakan musim dingin itu. Aku masih menulis, Menulis tentang sinar pancaran matamu saat kamu bercerita, Menulis tentang indah garis lengkung bibirmu saat kamu tersenyum, Menulis tentang merdu suara tawamu saat kamu tertawa. Aku masih menulis, Menulis tentang kemungkinan-kemungkinan dunia paralel yang kamu ceritakan itu benar adanya, Menulis tentang kemungkinan di dunia paralel itu kita sedang mewujudkan impian-impian kita, Menulis tentang kemungkinan di dunia paralel itu kita saling bergerak tanpa ada rasa takut. Aku masih menulis, Menguatkan ingatanku yang mulai memburam tentang apa-apa tentangmu, Menguatkan bayangmu yang perlahan mulai menghilang, Menguatkan kisah-kisah yang kita pernah bakar h