Langsung ke konten utama

Promise ♥

“Kamu kapan sih berhenti tawuran? Aku capek tau khawatir liat kamu babak belur gini” ucap Melody. Melody Ruby Karisma. Pacarku. Satu-satunya cewek yang berhasil bikin aku jatuh cinta. Satu-satunya cewek yang tulus sayang sama aku.
“Gapapa, biar kamu makin sayang sama aku, sweetie” jawabku sambil tersenyum
“Kalvano Narendra! Aku ini serius” betapa lucunya jika dia sudah mulai marah gini, aku sangat suka menggodanya.
“Melody sayang, aku juga serius” jawabku menggodanya lagi
“Udah deh, urusin lukamu sendiri. Capek nasehatin kamu. Mending pulang aja!” sepertinya dia mulai ngambek, bisa bahaya kalo aku terus-terusan menggodanya.
“Masih sakit, hunny! Temenin aku dulu, please? Janji nggak ngegodain lagi deh” aku memasang muk termelasku, pasti dia bakalan—
“Giliran sakit aja, baiknya minta ampun. Kalo nggak aja, pasti aku dicuekin” umpatnya namun kembali duduk dan mengobati lukaku. Tuh kan, dia pasti luluh sama aku.
Andaikan dia tau kalo aku mengikuti tawuran untuk melindunginya. Menjaganya untuk selalu di dekatku. Aku tau, mungkin ini egois. Namun, aku tau mereka yang naksir pacarku telah memiliki pacar dan hendak memacari pacarku juga, mereka pikir mereka siapa? Aku juga melindungi Melody-ku dari pacar-pacar mereka yang ganas. Yang dapat meyakiti Melody-ku kapan saja. Aku tak akan biarkan itu terjadi! Melody milikku seorang. Hanya milikku!
Ah, sudahlah! Membicarakan mereka membuatku ingin menemui mereka dan menghajarnya kembali! Lukaku tak seberapa parah, aku dapat melumpuhkan mereka dengan perbandingan jumlah anggota yang sangat banyak. Anggotaku hanya empat orang, sedangkan mereka? Entahlah, mungkin sekitar sepuluh atau belasan, like I give a shit! Seriously, I don’t give a fuck with them! Tapi, jika mereka berani-berani mengganggu Melody, aku bertaruh mereka akan berhadapan denganku secara langsung.
Aku berlatih bela diri sejak aku menginjak kelas satu di sekolah dasar. Tak heran, jika saat ini aku sudah memakai sabuk hitam ilmu bela diri tersebut. Bahkan dulu aku bisa menghabisi enam perampok yang mencoba mencelakai Melody.
Aku mulai berpacaran dengan Melody ketika menginjak bangku kedua di SMA. Dia adalah adik kelasku, saat ini aku menduduki bangku ketiga. Melody adalah cewek yang manja namun mandiri, bingung? Jadi, dia bisa bersikap manja jika sedang menginginkan sesuatu atau sedang bersedih dan berubah mandiri jika dia menginginkan untuk menjadi mandiri. Aku pertama kali jatuh hati padanya saat dia membentak teman seangkatanku melabraknya hanya karena dia dekat dengan ketua osis sekolah ini yang tidak lain adalah kakaknya. Mereka benar-benar bodoh. Masak mereka tidak bisa melihat kemiripan muka dan nama belakang sih?
Aku memperhatikan Melody-ku kembali, dia sangat sabar dalam menghadapiku. Dia mampu mengerti kesibukanku yang sedang mempersiapkan unas, dia juga tak pernah protes ataupun marah, walaupun aku tau sebenarnya dia ingin memakiku saat ini, namun semua dipendamnya saat melihat keadaanku yang terluka ini.
“Maaf” ucapku sambil membelai pipinya
“Untuk?” tanyanya sambil mengerutkan alisnya. Bingung.
“Karena terlalu sibuk dengan unas dan kawan-kawannya, sibuk tawuran, sibuk ngurusin band acara pensi perpisahan nanti, jadinya nggak ada waktu buat kamu” aku membelai kepalanya dan dia tersenyum. Sangat manis. Senyuman favoritku.
“Berhentilah tawuran atau aku tak mau bertemu lagi denganmu!” ucapnya bercanda, namun aku tau ada keseriusan dibalik matanya. I know her so well.
“Baiklah demi Melody-ku, aku akan berhenti untuk tawuran” janjiku padanya
Dia memelukku hangat. Tempat favoritku. Tempat dimana aku bisa menghapuskan semua kegundahan dan masalahku. Tempat ternyamanku saat aku sedang terluka seperti ini. Hanya dalam dekapannya. Hanya dirinya semangatku. Melody-ku.
“Aku khawatir padamu, bodoh! Akhir-akhir ini tenagamu hampir terkuras habis untuk kesibukan sekolah, jangan ditambahi dengan dilain sekolah yang tidak penting. Aku takut kamu sakit” aku akan membahagiakanmu, akan ku penuhi semua janjiku batinku.


Unas telah berlalu! Yeay! Betapa senangnya diriku. Sepulang sekolah ini aku mengajak Melody untuk kencan, hitung-hitung ngelepas kangen seminggu nggak ketemu. Seminggu bro, seminggu! Betapa lamanya. Sebenarnya tak jadi masalah jika dia mau menemaniku ber-chatting ria, namun dia tak membalas chat ataupun pesanku selama seminggu, terakhir aku chattingan dengannya hanya membahas masalah kencan hari ini.
Aku merindukan senyumnya. Aku merindukan tawanya. Aku merindukan muka ngambeknya dia. Aku merindukan dirinya yang selalu mengeluh karena tingginya berbanding terbalik denganku, tinggi tubuhnya hanya mencapai bawah pundakku. Bagiku itu bukanlah suatu masalah. Dia tetap terlihat manis. Melody selalu manis.
Aku telah sampai disalah satu pusat perbelanjaan favorit di kota ini. Menunggu di cafe kopi favorit kita berdua. Melihat jam tangan yang melingkar di tanganku, sepertinya aku terlalu cepat datang dari jam yang telah kita tentukan. Sepertinya, jalan-jalan dulu enak nih daripada nungguin Cuma sambil duduk. Bikin gelisah.
Baru saja melangkah keluar cafe, seseorang yang tak ingin aku temui mendadak muncul di depan mataku dengan seringaian lebar yang menjijikan. Bagiku.
“Well, suatu kesialan bertemu dengan bocah sok kuat!” ucap Gara. Aku hanya memutar kedua bola mataku. Jengah.
“Please, don’t waste my time, sir!” sindirku sambil mencoba pergi, namun dia menghalangi jalanku. Tahan Kalva, jangan sampai kebawa emosi. Ingat janjimu pada Melody.
“Gimana ceritanya yaa, seorang Kalvano Narendra bisa jadi lembek gini, bahkan dia mengingkari jadwal yang sudah dibuatnya sebelumnya”
“Bukannya gue udah bilang, gue sama temen-temen gue udah berhenti ngikutin gituan. Jadi, permisi tuan Gara yang terhormat” aku kembali ingin pergi namun lagi-lagi dia menghalangiku
“Gue masih dendam sama lo, lo harus jalanin kegiatan yang lo batalin seenak jidat lo, atau nggak—“
“Atau nggak apa? Gue nggak takut anceman lo” potongku
“Cewek lo bakalan jadi korbannya” Habis sudah kesabaranku. Aku mencengkram kerahnya dan melayang satu bogem mentah ke mulutnya. Sekali-sekali itu mulut harus bisa diajarin sopan santun. Aku kembali memukul perutnya tepat di ulu hatinya. Gara bangkit melawan dan memukulku. Pukulannya tak sebanding dengan pelatih bela diriku. Aku membiarkan dia melapaskan amarahnya, setidaknya sebelum dia kalah telak di tanganku.
Kembali melayangkn pukulan bertubi-tubi. Keadaan di sekitar sini mulai ramai dan mengerubungiku, hanya saja satpamnya tidak ada. Bodoh. Kemana perginya semua satpam disini? Saat lawanku telah jatuh di bawahku, aku menendang perutnya.
“Sekali aja lo nyentuh dia. Seujung kukupun lo nyakitin dia. Lo bakalan dapet yang lebih dari ini. Sekalipun lo bawa semua pasukan lo, gue gak takut. Gak akan pernah takut sama lo! Jadi jangan coba-coba lo—“
“KALVA!” ucapan itu sukses membuat cengkramanku di kerah Gara berhenti. Aku mengenal suara itu, suara yang seminggu ini aku rindukan. Fucking shit! Kenapa dia haru dateng pas aku lagi berantem gini sih? Kalva bego! Kenapa juga pake acara kepancing sih? Segera aku melepas kerah Gara.
“Hunny, kamu dengerin dulu. Aku bisa jelas—“
“No! It’s enough to explain what’s the problem. You’re a liar!”
“No! It’s not like what you see. I can explain this, please! Just trust me” mohonku
“Don’t talk to me for a while!” dan dia pergi. Shit shit shit! Aku mengejarnya, terus memohon agar dia mendengarkan penjelasanku, memohon agar dia tetap setia disisiku.
Aku menggenggam tangannya.
“Melody, please! Ini nggak seperti yang kamu bayangin, dia yang pancing aku duluan, sweetie. Biarin aku jelasin secara rinci ke kamu, please!”
“Kamu udah janji, Kalva. Kamu udah janji nggak mau tawuran ataupun make jalan kekerasan lagi. Tapi, apa yang aku liat barusan udah lebih dari cukup buat jelasin semuanya” air matanya perlahan keluar. Oh please, no! Don’t cry. I don’t like to see her cry, apalagi penyebabnya adalah diriku sendiri.
Aku memeluknya. Erat sekali. Aku bisa merasakan air matanya menempel di kemejaku. Tak masalah jika kemejaku ini harus basah. Masalahnya adalah aku yang membuat air mata itu terjatuh. Padahal, dulu aku berjanji untuk selalu membuatnya bahagia dan tak aka membiarkan air matanya itu terjatuh.
Namun, saat ini penyebab utama dia menangis adalah diriku. Aku yang nggak bisa nepatin janji ke dia. Aku yang terlalu emosian. Aku yang mudah kepancing hanya karena kata-katanya Gara yang mungkin tidak akan terjadi. Tapi, Hei! Siapa yang tida terpancing jika pacarnya yang terancam! Sebisa mungkin aku akan selalu melindungi Melody.
Melody masih tak membalas pelukanku, dia masih menangis di kemejaku. Aku melepaskan pelukan dan memegang kedua pipinya.
“Jangan nangis, maafin Kalva. Kalva tau Kalva salah, maafin Kalva yang udah ingkar janji ke Melody, lain kali nggak bakal keulang lagi deh”
“Enggak! Aku capek dengerin janji kamu, tapi kamu jarang tepati itu. Untuk sementara, jangan bicara sama aku dulu, jangan temui aku dulu. Sampai kamu jengah” jawabnya yang langsung melepaskan kedua tanganku dan berlari keluar.
Untuk saat ini, waktu bagaikan berhenti. Bumi seperti tak berputar pada porosnya. Aku mengulang-ulang kalimat yang dia ucapkan padaku. Apakah ini kenyataan? Aku rasa ini mimpi. Bahkan, dalam mimpi terburukku-pun aku tak pernah kehilangannya. Terkadang, kita juga harus menyadari bahwa kenyataan tak seindah mimpi.


Sudah seminggu ini aku dan Melody perang dingin. Semua chat, sms, telpon, bahkan mention dariku tak pernah digubrisnya. And you know what? This is make me so crazy! Seriously! Aku mengacak rambutku kesal. Ini sudah terlalu malam untukku tertidur, karena selesai unas aku libur dan nganggur kalo nggak lagi latian band, aku akan tertidur pada pagi hari hingga siang. Persis kayak kelelawar. Eh, kerenan dikit, vampir aja deh yaa.
Men-scroll twitter dari atas ke bawah, siapa tau Melody nge-tweet apaan gitu, dia kan ratunya twitter. Aku tersenyum memikirkannya. Aku kangen kamu, Melody-ku batinku. Refresh tweet terbaru, dan aku langsung terlonjak melihatnya. Melody nge-tweet kalo dia lagi nggak bisa tidur. Melirik jam yang ada di depanku, sudah pukul satu dini hari.
Aku menelponnya. Dering pertama. Dering kedua. Dering ke—
“Hmm?” gumamnya
Aku tau, semarah apapun dia ke aku, dia pasti bakal mengangkat telponku
“Nggak bisa tidur?”
“...”
“Mending sekarang kamu tiduran, taruh hape kamu di bantal sebelah kananmu. Speaker telponnya. Aku bakalan nyanyiin kamu”
Biasanya dia bakalan langsung tidur begitu aku nyanyiin dia pake gitar akustik kesayanganku.
I can't sleep
Everything I ever knew
Is a lie
Without you
I can't breathe
When my heart is broke in two
There's no beat
Without you
You're not gone, but you're not here
Is that's the way it seems tonight
If we could try to end these wars
I know that we can make it right
'Cause baby
I don't wanna fight no more
I forgot what we were fightin' for
And this loneliness that's in my heart
Won't let me be apart from you
I don't wanna have to try
Girl to live without you in my life
So I'm hopin' we can start tonight
'Cause I don't wanna fight
No more
How can I live?
When everything that I adore
And everything I'm livin' for
Girl it's in you
I can't dream
Sleepless nights have got me bad
The only dream I ever had
Is bein' with you
I know that we can make it right
It's gonna take a little time
Lets not leave ourselves with no way out
Lets not cross that line
No
I don't wanna fight no more
I forgot what we were fightin' for
And this loneliness that's in my heart
Won't let me be apart from you
I don't wanna have to try
Girl to live without you in my life
So I'm hopin' we can start tonight
'Cause I don't wanna fight
No more
Remember that I made a vow
That I would never let you go
I meant it then, I mean it now
And I want to tell you so
I don't wanna fight no more
(Ohh no)
I forgot what we were fightin' for
And this loneliness that's in my heart
Won't let me be apart from you
(Now I don't want to)
I don't wanna have to try
(No)
Girl to live without you in my life
(Life)
So I'm hopin' we can start tonight
(Can we start?)
'Cause I don't wanna fight
No more
I don't wanna fight no more
I forgot what we were fightin' for
(Ohh and this loneliness)
And this loneliness that's in my heart
(In my heart)
Won't let me be apart from you
(From you no)
I don't wanna have to try
(Don't wanna try)
Girl to live without you in my life
So I'm hopin' we can start tonight
(I'm hopin', I'm hopin')
'Cause I don't wanna fight
No more
So lie
Without you
Without you
“So sweetie, I don’t wanna fight no more..”
Aku terdiam sebentar, itu lagu yang menggambarkan tentang keadaanku saat ini. Aku ingin mengakhiri pertengkaran antara aku dan dia. Melihat hapeku, sambungan masih tersambung, sepertinya dia telah tertidur.
“Good night, sweetie! Have a nice dream. Maafin Kalva yaa, jangan keseringan tidur malem kayak Kalva. Love yaa so much, hunny” setelah mengucapkannya, aku mematikan sambungan telpon dan mulai mengikuti jejaknya untuk tidur.


Dua hari pasca aku menyanyikannya lagu dia masih mendiamkanku. Mungkin, dia memang butuh waktu. Aku akan tetap menunggunya, seperti janjiku, aku tak akan meninggalkannya. Karena, hanya dia satu-satunya cewek yang bisa bikin aku jatuh cinta seperti ini. Tak peduli seberapa sakitnya harus tetap berada di sampingnya, aku akan menahan semua rasa sakit ini.
Hari ini adalah hari pementasan sekaligus perpisahan untuk warga kelas dua belas. Aku akan melanjutkan kuliah jurusan Manajemen dan memilih Universitas terbaik di kota ini. Ceritanya belum siap buat Long Distance Relationship sih.
Aku telah menyiapkan lagu khusus untuk Melody-ku. Aku akan meminta maaf lewat lagu yang akan aku nyanyikan nanti. Tak lupa, setelah acara selesai aku akan membicarakan masalah ini lagi dengannya. Dan kali ini, dia harus mendengarkan penjelasanku. Aku takkan membiarkannya pergi sebelum mendengarkan penjelasanku.
Menunggu giliranku untuk tampil di depan, aku mengambil kameraku dan mulai mem-foto siapa saja yang sedang tampil saat ini. Aku mengarahkan kameraku ke arah penonton, aku melihat Melody dengan dress selutut berwarna tosca dengan pita di balik punggungnya, rambutnya yang sebahu dibiarkannya tergerai. Aku mengambil gambarnya banyak sekali, mungkin dia tak sadar saat sedang aku potret, karena aku melihat dia lagi celingukan nyariin seseorang.
Giliranku untuk tampil. Menaruh kameraku dan mulai berjalan ke atas panggung. Duduk di kursi yang telah disediakan panitia, sesuai permintaanku.
“Lagu ini, saya tujukan untuk seseorang yang manis disana..” pandanganku melihat Melody “Maafin aku yang udah sempet ingkar janji, aku jan—hmm, aku akan berusaha untuk berubah. Demi kamu”
I've never been the best at honesty,
I've made more mistakes than I can even count,
but things are gonna be so different now,
You make me wanna turn it all around.
I think of all the games that I have played,
the unsuspecting people that I've heard,
deep inside I know I don't deserve,
another chance to finally make it work.
But i'll try, to never disappoint you,
I'll try, until I get it right,
I've always been so reckless, all of my life,
but I'll try,
for you.
I've been the best at letting people down,
I've never been the kind of person you can trust,
but if you can give me half a chance I'll show,
how much I can fix myself for you.
And i'll try, to never disappoint you,
i'll try, until i get it right,
I've always been so reckless, all of my life,
but i'll try...
This time I wont make up excuses (I don't wanna lose you),
Don't give up on me and I'll prove that,
I can do this!
I'll try, to never disappoint you,
I'll try, until I get it right (till I get it right),
I've always been so reckless, all of my life,
but i'll try,
for you.
(Never been the best at honesty, you know that you can never count on me, )
I'll try for you!
(but if you give me half a chance I'll show, there is nothing that I wouldn't do for you!)
I'll try for you!
I've always been so reckless, all of my life,
but i'll try,
for you.
Tepuk tangan riuh terdengar saat aku mengakhiri lagunya. Menundukkan badan dan segera turun dari panggung. Aku harus berbicara dengan Melody. Berada di backstage dan mulai membereskan barang-barangku saat aku merasa seseorang tengah memelukku dari belakang. Aku hafal parfume beraroma strawberry ini. Aku hafal tangan kecilnya yang melingkar di tubuhku. Aku hafal tubuh yang tingginya bahkan tak sampai pundakku. Melody. Melody-ku.
Aku berbalik badan dan melihatnya. Sepertinya bukan tempat yang pas untuk membicarakan masalah kita di sini, terlalu banyak orang yang nantinya akan ikut campur, dan juga masih ada guru di sini. Bagaimanapun aku masih memiliki sopan santun, okay!
Menuntunnya untuk ke dalam mobil dan berencana untuk mengajaknya ke suatu tempat. Tempat yang pas untuk membicarakan masalah ini. Tempat Favoritku. Dan aku yakin, Melody akan menyukai tempatnya juga.


Pantai. Tempat yang menenangkan. Tempat terbit dan tenggelamnya matahari. Suara deburan ombak yang aku sukai menyambut kedatanganku dengan Melody. Aku melirik sekilas ke arahnya dan tersenyum saat aku melihat binar bahagia menyentuh matanya. Aku dan Melody sama-sama butuh kepala dingin saat akan menyelesaikan masalah, oleh karena itu aku mengajaknya ke pantai favoritku. Tempatnya kali ini lumayan sepi, membuatku dengan leluasa menikmati pemandangan pantai ini.
Menggenggam tangannya dan mengajaknya duduk di atas hamparan pasir putih yang luas. Aku dan dia sama-sama terdiam, tak ada yang mengeluarkan suara. Aku memandang tangan kami yang saling bertautan. Aku sungguh merindukannya. Kulihat, dia masih berdiam diri. Mungkin, aku yang harus memulai pembicaraan.
“Waktu itu, nggak sengaja ketemu Gara. Dia masih nggak terima soalnya aku membatalkan tawuran antar kelompokku dan kelompoknya. Aku sudah menolaknya, sweetie. Aku tak bohong padamu. Hanya saja, saat dia mengancam akan membahayakanmu, aku terpancing. Aku marah. Aku nggak terima kalo sampe kamu disakitin sama dia. Berusaha lindungin kamu dari mereka, taunya aku sendiri yang bikin kamu nangis. Begonya diriku”
Melody langsung memelukku. Aku merasakan kehangatan. Aku merindukan pelukan ini. Aku merindukan senyumannya. Aku merindukan dirinya. Semua tentang Melody. Aku membalas pelukan Melody dan mendekapnya erat di dadaku, menghirup aroma tubuhnya sebanyak mungkin, mengisi paru-paruku yang kosong, setelahnya aku merasakan paru-paruku terisi. Aku merasakan detak jantungku berdetak kembali. Dan, aku merasakan darah mengalir deras di dalam tubuhku.
“Maafin Melody. Harusnya, Melody dengerin penjelasannya Kalva dulu, waktu itu Melody kepancing emosi juga, sampe-sampe tak mau mendengarkan apa kata Kalva kemarin”
“Kalva gapapa, asalkan Melody mau maafin Kalva. Melody mau kan maafin Kalva?” dan dia menjawab denga anggukan.
“Makasih buat lagunya ya Kalva. Melody suka denger Kalva nyanyi dibanding harus ngeliat Kalva babak belur gara-gara berantem ataupun tawuran” aku membelai rambutnya perlahan.
“Kalva cinta Melody” ucapku sambil mencium puncak kepalanya
“Melody juga cinta Kalva” jawabnya sambil mendekapku erat
Jika kita telah mendapatkan cinta kita, janganlah pernah kau biarkan pergi. Bertahanlah. Jangan sembarangan membuat janji jika tak sanggup untuk menepatinya. Dan jika sudah berjanji, jangan pernah sekalipun untuk melanggarnya. Satu lagi, sebuah hubungan akan berhasil jika kedua pihak saling memiliki rasa percaya dan keinginan untuk bersama sekalipun sedang dalam keadaan marah ataupun bosan.
I Heart You, Melody Ruby Karisma! 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Cenat Cenut

Dulu waktu awal-awal aku jadi smesbles drama mini seri ini muncul. Dan selalu membuat 'booming' para 'Performance' *sebutan kelasku* gimana gak? orang mayoritas warganya SMASHBLAST walaupun gak dikit juga yg antis. Tapi, selalu di bikin bahan candaan, bahan debatan, dll. Cinta cenat cenut atau di singkat CCC ini waktu awal mulainya selalu di tunggu-tunggu, banyak banget anak yg update status gak sabar pengen liat drama mini seri ini. Bahkan, yang awalnya antis setelah nonton ccc beralih menjadi SMASHBLAST! Keren gak sih? Keren banget doonng :D . Dan, banyak banget yg mengikuti SM*SH maen di drama mini seri atau kalo gak gitu FTV, seolah-olah julukan SM*SH sebagai 'pioner' itu bener-bener terasa banget. Sayang, ccc cuma 13 episode, waktu episode terakhir aku sempet nangis sihh, tapi cuma bentar, toh katanya ccc 2 bakalan ada. Berbulan-bulan aku nantiin, tapi selalu dalam tahap project! Sampai pada sekitaran November ccc2 resmi tanyang pada tanggal 3 Desember 2011

Review : Tujuh Hari untuk Keshia

Tujuh Hari untuk Keshia. Adalah novel kesekian karya seorang Inggrid Sonya yang aku baca bahkan sejak cerita itu masih di Wattpad. Cerita yang mungkin bagi sebagian orang sad ending, namun bagiku cerita ini termasuk dalam kategori happy ending dan ending yang masuk akal. Kenapa gitu? Yaaa, karena pada endingnya, setiap tokoh dapat mengikhlaskan dengan tulus, dapat kembali lagi menjalani aktifitasnya. Dan masih tetap mencintai sosok Sadewa tanpa harus terpuruk lebih jauh lagi. Setiap tokoh sudah menemukan bahagianya masing-masing tanpa harus melupakan Sadewa. Happy ending bukan? Untuk perbedaan versi wattpad dan buku, jujur aku lebih suka versi wattpad hehehe. Abang Riverku banyak part di versi wattpad, dan berkat versi wattpad ini juga aku sehalu itu sama River sampe-sampe dulu kalo bingung mau curhat ke siapa, aku nulis curhatanku dan bikin seolah olah aku ngobrol sama River. Sehalu itu memang. Tapi, jujur kalo buat masalah jalan cerita, penokohan, dan kesan ajaib dari cerita ini

Aku Masih Menulis...

Aku masih menulis, Menulis tentang masa-masa yang telah aku tinggal jauh di belakang, Masih berangan tentang mawar yang aku usahakan untukmu, Masih berangan tentang binar matamu yang aku pikir hanya untukku kala itu, Masih berangan tentang bercerita di depan api unggun yang kamu nyalakan musim dingin itu. Aku masih menulis, Menulis tentang sinar pancaran matamu saat kamu bercerita, Menulis tentang indah garis lengkung bibirmu saat kamu tersenyum, Menulis tentang merdu suara tawamu saat kamu tertawa. Aku masih menulis, Menulis tentang kemungkinan-kemungkinan dunia paralel yang kamu ceritakan itu benar adanya, Menulis tentang kemungkinan di dunia paralel itu kita sedang mewujudkan impian-impian kita, Menulis tentang kemungkinan di dunia paralel itu kita saling bergerak tanpa ada rasa takut. Aku masih menulis, Menguatkan ingatanku yang mulai memburam tentang apa-apa tentangmu, Menguatkan bayangmu yang perlahan mulai menghilang, Menguatkan kisah-kisah yang kita pernah bakar h