Langsung ke konten utama

Coretanku tentang: Mental Illness


Aku ingin sedikit bercerita tentang sebuah kasus. Kemarin, tepatnya 18 Desember 2017, salah satu personil boygroup Korea Selatan, Shinee, bernama Jonghyun meninggal karena bunuh diri. 
Jelas, sebagai salah satu penggemar KPOP aku cukup terkejut. Yang membuatku tak habis pikir adalah fakta di mana Shinee memiliki fans yang setia kepada setiap membernya. Karya yang dia ciptakan juga banyak dicintai orang. Dia juga memiliki teman yang banyak. Intinya, banyak yang cinta dia.
Lalu, aku berpikir, bagaimana orang yang banyak menerima cinta itu masih merasakan depresi? Dia memang menderita penyakit depresi yang lumayan membahayakan, aku baca dari artikel bahwa dia akan merasa depresi dan kesepian di musim gugur dan musim dingin. Dan ya, Desember merupakan musim dingin di Korea Selatan.
Aku juga sempat membaca artikel yang memuat tentang surat terakhir yang dia tulis. Aku merinding karena tulisan yang dia tulis benar-benar gambaran orang yang benar-benar sendiri. Merasa sendiri, tak ada semangat hidup, menyalahkan diri sendiri, dan merasa tak berguna. Rasa-rasa menyiksa perasaan yang dia nggak tau bagaimana cara menghilangkannya.
Aku sedih? Ya, bukan karena aku sedih dia telah meninggal. Aku sedih karena penyakit mental ini semakin parah dan beberapa orang masih menganggapnya remeh. Banyak orang yang tak sadar bahwa mental juga bisa sakit. Dan aku lebih sedih lagi ketika beberapa orang membuat bahan bercandaan dari kasus ini.
Iyaa, mungkin sebagian yang baca akan berkata "ah, kamu kan penggemar kpop, pasti kamu belain mereka." Oke, lalu bagaimana jika kasusnya aku ganti menjadi Chester? Atau vokalis legend lainnya yang meninggal karena kasus bunuh diri? Sama saja bukan? Mereka memilih jalan yang salah karena penyakit mental yang masih banyak orang abaikan ini. 
Jujur, aku kecewa ketika beberapa oknum membuat bercandaan tentang Jonghyun. Jika yang kalian sebut "plastik" adalah manusia yang masih hidup, mungkin aku tidak semarah ini, meskipun menyamakan manusia dengan benda mati bukanlah perbuatan yang terpuji. Tapi tolong, Jonghyun sudah meninggal. Bayangkan jika keluarga mereka mengerti bahasa Indonesia dan mengetahui bahwa anak, saudara, cucu, mereka dihina sedemikian rupa, dianggap benda mati yang bahkan dengan konotasi rendah. Bagaimana rasanya mereka? Sakit? Terluka? Jelas! Nggak perlu dipertanyakan lagi. Dan kalian juga bisa membuat angka penderita depresi semakin bertambah.
"Ngapain sih bela yang nggak kenal sama kamu? Ngapain bela dia yang nggak seagama sama kamu?" Aku bukan belain. Sekali lagi, ini soal kemanusiaan. Di mana hati kalian ketika ada beberapa oknum yang dengan entengnya jadiin orang yang telah meninggal bahan bercandaan untuk membuat sensasi? Kalian pikir itu perbuatan pantas? NGGAK SAMA SEKALI.
"Kok artis yang nggak seagama kek gitu dibelain sih, sedangkan kasus Palestina diem aja." Jadi, aku perlu banget pamer ke sosial media kalo aku nangis waktu tau Palestina, dan semua saudara seimanku di sana yang berjuang di jalan Allah diinjak-injak oleh Israel dan Amerika? Nanti katanya nggak tulus, nanti katanya riya'. Serba salah kan? Aku peduli, pada Palestina, pada kemanusiaan. Sekarang aku balik, kepada mereka yang berkata seperti itu, kalian di mana ketika agama kalian dihina di negara kalian sendiri? Kalian melakukan pembelaan juga? Kalian ikut gerakan mendukung para pejihad untuk berdemo menuntut keadilan? Kalian melakukan protes kepada kesombongan para pemimpin? Jika kalian menjawab "kok jadi bawa-bawa kasus itu? Kan beda kasus" maka aku akan berkata kepada kalian untuk memeriksakan mental kalian ke psikolog. Mungkin saja hati kalian mati.
Terkadang, manusia suka lupa ketika berkomentar di sosial media. Kita suka lupa bahwa dibalik orang yang membaca komentar kita adalah manusia yang mempunyai hati dan bisa merasakan rasa sakit. Hati-hati, bisa jadi ucapan kita bisa membuat mereka terkena mental illness.
Coba, jangan dilihat dari artis Koreanya, jangan dilihat dari kasus bunuh dirinya, tapi dari sudut pandang lain. Mental illness. Coba dilihat dari penyebabnya. Itu yang seharusnya kita serap. Untuk selanjutnya kita bisa ambil tindakan agar kasus seperti ini tak terjadi lagi.
Mental illness tidak hanya dialami oleh kalangan artis kok. Coba lihat dengan seksama di sekitarmu. Jika ada temanmu yang berkata bahwa dia sedang tidak mempunyai semangat hidup, dengarkan keluh kesahnya, rangkul dia, peluk dia, sampaikan bahwa banyak sekali yang mencintainya. Perlakukan mereka dengan baik yang membuat mereka merasa dicintai.
"Orang bunuh diri itu imannya kurang, nggak punya agama." Well, merasa tidak berharga dan tidak berguna tak harus selalu tidak beragama. Jujur, aku pernah merasa seperti itu. Seolah aku nggak berguna. Setiap hari aku selalu berkata bahwa aku lelah. Setiap hari selalu bertanya pada cermin "apa tujuan kamu hidup? Apa mimpi kamu? Ngapain kamu capek-capek kuliah? Apa yang sebenernya pengen kamu raih?" Sefrustasi itu sampe aku merasa bahwa nggak ada yang cinta sama aku.
Keberuntunganku adalah aku memiliki teman dekat yang selalu kujadikan tempat sampah. Aku juga memiliki orang tua yang meskipun aku nggak cerita apapun, mereka mengerti bahwa aku sedang lelah. Dan, ini keberuntunganku yang paling besar, aku memiliki Allah tempat aku meminta semua hal. Aku memiliki pegangan yang luar biasa, bukan? Temanku selalu berkata ketika aku sedang marah atau ketika hatiku benar-benar kacau "coba ngaji, biar tenang". Dan memang berkomunikasi dengan Allah selalu membuat hati tenang. Tetapi, kita tetap butuh seseorang di dekat kita untuk merespon ucapan kita. Kita tetap butuh seseorang untuk paling tidak memeluk kita dan berbagi sandaran. 
Coba sekarang lihat mereka yang memilih jalan yang salah, mereka mungkin tidak seberuntung aku yang akhirnya memahami bahwa ternyata masih banyak yang sayang sama aku. Jadi, maksud aku di sini adalah jadilah salah satu keberuntungan mereka. Jadilah salah satu sandaran mereka sehingga kasus mental illness ini tidak semakin parah.
Tolong, jadikan sosial media dengan bijak. Gunakan sosial media untuk menekan angka mental illness, bukan malah menambah angka seseorang terkena penyakit mental. Saring kembali apa yang akan kalian tulis, karena setiap tulisan itu nantinya akan berpengaruh kepada hidup seseorang. Bukankah, pada dasarnya para pembuat sosial media ini membuat sosial media agar mempermudah seseorang dalam berkomunikasi dengan jarak jauh? Tolong, jangan rubah fungsi sosial media sebagai ajang saling serang argumen atau menghina sesuatu yang tidak kita suka.
Sebagai makhluk sosial, tolong berhenti apatis dan ingin merasa benar. Tolong lebih peka terhadap orang sekitar yang dirasa memiliki mental illness, karena aku paham bahwa kita masih terlalu takut untuk pergi ke psikolog. Anggapan di masyarakat tentang pergi ke psikolog berarti gila ini yang salah. Padahal, sama seperti tubuh, jiwa kita juga bisa sakit. Jiwa kita juga pasti memerlukan "obat"nya sendiri.
Sebagai seseorang yang pernah merasa tak berguna, aku hanya perlu didengar. Aku nggak butuh pembelaan, ataupun hujatan. Aku cuma butuh pendengar dan tempat bersandar yang cocok. Hanya butuh seseorang yang memelukku dan berkata bahwa aku tidak sendiri. Hanya butuh seseorang yang mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
Jadilah seseorang itu, guys. Ayo bareng-bareng kita lebih peka dan menjaga rasa kemanusiaan kita. Ayo kita bareng-bareng menekan angka mental illness sehingga tak perlu ada lagi kasus meninggal karena bunuh diri.
Dan mari kita membuat dunia ini damai dengan berkata dan bersosial media yang baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Cenat Cenut

Dulu waktu awal-awal aku jadi smesbles drama mini seri ini muncul. Dan selalu membuat 'booming' para 'Performance' *sebutan kelasku* gimana gak? orang mayoritas warganya SMASHBLAST walaupun gak dikit juga yg antis. Tapi, selalu di bikin bahan candaan, bahan debatan, dll. Cinta cenat cenut atau di singkat CCC ini waktu awal mulainya selalu di tunggu-tunggu, banyak banget anak yg update status gak sabar pengen liat drama mini seri ini. Bahkan, yang awalnya antis setelah nonton ccc beralih menjadi SMASHBLAST! Keren gak sih? Keren banget doonng :D . Dan, banyak banget yg mengikuti SM*SH maen di drama mini seri atau kalo gak gitu FTV, seolah-olah julukan SM*SH sebagai 'pioner' itu bener-bener terasa banget. Sayang, ccc cuma 13 episode, waktu episode terakhir aku sempet nangis sihh, tapi cuma bentar, toh katanya ccc 2 bakalan ada. Berbulan-bulan aku nantiin, tapi selalu dalam tahap project! Sampai pada sekitaran November ccc2 resmi tanyang pada tanggal 3 Desember 2011

Review : Tujuh Hari untuk Keshia

Tujuh Hari untuk Keshia. Adalah novel kesekian karya seorang Inggrid Sonya yang aku baca bahkan sejak cerita itu masih di Wattpad. Cerita yang mungkin bagi sebagian orang sad ending, namun bagiku cerita ini termasuk dalam kategori happy ending dan ending yang masuk akal. Kenapa gitu? Yaaa, karena pada endingnya, setiap tokoh dapat mengikhlaskan dengan tulus, dapat kembali lagi menjalani aktifitasnya. Dan masih tetap mencintai sosok Sadewa tanpa harus terpuruk lebih jauh lagi. Setiap tokoh sudah menemukan bahagianya masing-masing tanpa harus melupakan Sadewa. Happy ending bukan? Untuk perbedaan versi wattpad dan buku, jujur aku lebih suka versi wattpad hehehe. Abang Riverku banyak part di versi wattpad, dan berkat versi wattpad ini juga aku sehalu itu sama River sampe-sampe dulu kalo bingung mau curhat ke siapa, aku nulis curhatanku dan bikin seolah olah aku ngobrol sama River. Sehalu itu memang. Tapi, jujur kalo buat masalah jalan cerita, penokohan, dan kesan ajaib dari cerita ini

Aku Masih Menulis...

Aku masih menulis, Menulis tentang masa-masa yang telah aku tinggal jauh di belakang, Masih berangan tentang mawar yang aku usahakan untukmu, Masih berangan tentang binar matamu yang aku pikir hanya untukku kala itu, Masih berangan tentang bercerita di depan api unggun yang kamu nyalakan musim dingin itu. Aku masih menulis, Menulis tentang sinar pancaran matamu saat kamu bercerita, Menulis tentang indah garis lengkung bibirmu saat kamu tersenyum, Menulis tentang merdu suara tawamu saat kamu tertawa. Aku masih menulis, Menulis tentang kemungkinan-kemungkinan dunia paralel yang kamu ceritakan itu benar adanya, Menulis tentang kemungkinan di dunia paralel itu kita sedang mewujudkan impian-impian kita, Menulis tentang kemungkinan di dunia paralel itu kita saling bergerak tanpa ada rasa takut. Aku masih menulis, Menguatkan ingatanku yang mulai memburam tentang apa-apa tentangmu, Menguatkan bayangmu yang perlahan mulai menghilang, Menguatkan kisah-kisah yang kita pernah bakar h