Langsung ke konten utama

First Love♥



Baru saja aku memikirkannya. Baru saja bayangnya hadir dalam otakku. Baru saja aku menyebut namanya di relung hatiku. Tak sampai hitungan jam, bahkan menit sosok nyatanya hadir di depan mataku. Setelah beberapa bulan ini aku tak melihat sosoknya karena dia harus melanjutkan pendidikan di Universitas luar kota.
Untung saja aku menuruti kata bunda untuk ikut ke toko buku membeli buku resep. Kata bunda, akan ada tamu, jadi bunda ingin masak masakan yang spesial. Menurutku sih, apapun makanannya, asalkan itu masakan bunda, semua terasa sempurna. Tapi, yaa namanya juga bunda, ingin semua terlihat sempurna tanpa cela.
Sosok itu ada didepanku. Cinta pertamaku. Adam Putra Mahesa. Sosok yang selalu aku rindukan disetiap detik hembusan nafasku. Sosok yang mampu membuatku merasakan cinta, sekaligus sakit hati. Bukankah cinta dan sakit hati paket? Ketika kamu merasakan cinta dalam hatimu, maka kamu harus menanggung resikonya yaitu tersakiti.
Kak Adam melihatku yang terpaku, detik berikutnya satu senyuman menghiasi bibir indahnya, setelah itu dia menghampiriku yang masih saja terpaku karena bertemu dengannya disini. Sejujurnya, aku ingin menghampirinya dan menyapanya, namun kakiku membeku dan mata ini tak mau berpaling dari wajah tampannya yang sedang fokus pada sebuah buku tebal itu.
“Hai!” ucap kak Adam mengagetkanku
“Eh, hai juga kak!” jawabku gugup
“Nara kesini sama siapa?”
“Sama bunda kak, bunda cari buku resep. Taunya ketemu kakak disini”
“Aku lagi cari buku nih, temenin aku yuk!”
Mana mungkin aku menolak ajakannya? Come on, seandainya dia nyuruh aku untuk menemaninya di toko buku sampai pagi juga bakalan aku turuti! Asalkan aku bersamanya. Ternyata, kak Adam sedang mencari buku mata perkuliahannya. Dia kuliah di Universitas Brawijaya jurusan Psikologi. Aku dan kak Adam bercita-cita sama, yakni menjadi Psikolog. Kak Adam banyak cerita tentang suka dukanya menjadi anak kost dan dia juga banyak mengeluh tentang cuaca Surabaya yang tak sedingin dan senyaman di Malang.
Kak Adam sukses membuatku lupa dengan waktu. Sambil memilih buku-buku yang cocok, kita bercanda hingga tertawa tiada henti. Benar-benar memalukan, karena kita sedang ada di toko buku bukan taman bermain. Karena merasa tempatnya yang tak cocok untuk kita tertawa lepas, kita berpindah tempat ke cafe tongkrongan remaja Surabaya. Aku bahkan rela dimarahi bunda karena meninggalkannya dan memilih menemani kak Adam, walaupun begitu melihat kak Adam, bunda malah berubah sikap dan menyuruhku pergi bersama kak Adam.
“Kamu mau pesan makan?” tanya kak Adam
“Minum aja deh kak, lagi gak mood makan nih”
“No! Gak peduli kamu lagi mood atau tidak, aku akan memesankan makanan untukmu” paksanya
Ya, bukan hal baru kalo kak Adam memaksaku seperti ini. Kak Adam termasuk orang yang peduli akan kesehatan orang-orang terdekatnya, tipe cowok yang perhatian bukan? Bukan salahku kalo aku terpesona dan jatuh cinta padanya.
“Kamu apa kabar Nara? Bagaimana sekolah kamu?”
“Aku? Alhamdulillah baik kak, hanya saja terasa sepi karena gak ada kakak hehe”
“Selalu deh, bisaaa aja jawabnya” kak Adam menyubit pipiku gemas
Bukankah aku jujur? Bagaimana bisa aku merasa senang bila tak melihatnya dalam jarak pandangku? Tak ada yang bisa membuatku tertawa karena lawakan garing namun dapat menimbulkan tawa selain kak Adam. Bagaimana aku bisa sering tersenyum tulus jika pelukis senyumku sedang di luar kota? Kak Adam tak menghubungiku lewat sms atau BBm atau chat lainnya. Itu yang membuatku tak berani menyapanya lewat sms atau chat.
Lucu aja ketika kak Adam kembali mengingat pertemuan awal kami. Saat itu kak Adam adalah seorang ketua osis, dan aku adalah siswa baru, aku ketakutan setengah mati saat hari pertama aku terlambat. Aku takut dimarahin oleh kak Adam, nyatanya kak Adam malah bersikap baik kepadaku. Itulah awal aku menyukai kak Adam, sikapnya yang manis dan penuh perhatian membuatku nyaman berada disisinya.
“So, kapan kakak balik ke Malang lagi?” tanyaku
“Lusa aku balik ke Malang lagi. Kalo kakak lagi gak ada di Surabaya, kamu hati-hati yaa. Jangan melakukan tindakan bodoh. Sering-sering kabarin kakak”
“Aku takut kalau aku BBM kakak ntar jadinya ngeganggu kakak. Apalagi kakak gak menguhubungiku terlebih dahulu”
“Kakak menunggu chat darimu, ternyata kamu tak menghubungi kakak sama sekali”
Apa? Aku gak salah dengar kan? Kak Adam barusan bilang kalau dia menanti chatku? Semoga kak Adam tak mendengar detak jantungku yang memburu. Aku berusaha sekuat tenaga untuk tak melompat dari sini dan berjingkrak seperti anak kecil. Come on, he said he waiting my message. Aku seperti merasa terbang ke udara. Aku tak tau mau membalas apa ucapan kak Adam barusan, seketika otakku berhenti berfungsi.
“Hei! Malah diem aja”
“E..Eh, iyaa kak. Ntar aku chat deh, sebenernya aku ngempet pengen curhat banyak lho kak”
“Sebelum kamu curhat, aku rasa aku ingin mengatakan sesuatu”
“Silahkan kak”
Ketika  kak Adam ingin mengatakan sesuatu itu, pelayan membawakan pesanan kami. Dan itu membuat kak Adam tak jadi berbicara dan menyuruhku makan. Yaa, demi kak Adamlah yaa aku makan malem ini, padahal jujur aja aku lagi gak mood sama sekali buat makan.
Aku harus memakannya, kalau tidak, kak Adam cerewetnya bisa keluar dan bisa-bisa dia marah padaku. Selalu, saat makan seperti ini kak Adam tak mengeluarkan kata-kata, dia fokus pada makanannya. Dia memakan makanannya secara tenang. Aku melihat kak Adam makan, tata cara makannya, selalu meniup sebanyak tiga kali sebelum memasukkan makanannya kedalam mulutnya, selalu melihat kearah piring begitu dia akan mengambil suapan berikutnya, dan mengunyah dengan mulut tertutup, dan satu lagi tidak pernah ada sisa makanan di kedua bibirnya. Dia selalu rapi.
Kak Adam adalah sosok yang bisa dibilang perfeksionis, dia selalu melakukan sesuatu agar terlihat sempurna. Dia cowok yang bersih dan rapi. Walaupun, penampilannya jauh dari kata rapi. Dia jarang sekali memakai kemeja, lebih sering memakai kaos, kalaupun memakai kemeja itupun jika sedang bersamaku. Bukannya aku terlalu GR atau gimana, namun, aku selalu memperhatikan setiap inchi kehidupannya, dan fakta bila kak Adam selalu memakai kemeja bila bersamaku.
Aku bahkan ingat diluar kepala bagaimana kisah percintaan kak Adam. Kak Adam ditinggalkan oleh kekasihnya, lebih tepatnya mantannya hanya karena kak Adam mengikuti bimbingan belajar karena kak Adam akan mengikuti sebuah olimpiade tingkat nasional, sehingga jarang bertemu apalagi ber-sms-ria bersama pacarnya. Ironisnya, ketika kak Adam memenangkan olimpiade itu, ketika kak Adam ingin menunjukkan ke pacarnya piagam dan pialanya, kak Adam melihat kekasih yang dicintainya itu sedang berpelukan mesra dengan cowok lain.  Seketika itu, kak Adam memutuskan hubungannya dengan kekasihnya.
“Kamu ngelamunin apa sih, Nar? Daritadi aku liat kamu diem muluk”
“Ehh, enggak kok kak”
Kak Adam sudah menghabiskan makanannya, sedangkan aku makananku masih banyak. Dan itu membuat kak Adam menatap ke arahku tak suka. Dengan terpaksa, aku menghabiskan makananku yang tinggal setengah itu.
Seperti janjinya tadi, kak Adam ingin mengatakan sesuatu padaku. Sepertinya hal itu penting, karena aku melihat mimik wajah kak Adam berubah menjadi keras, tidak. Lebih tepatnya seperti orang kebingungan. Sepenting apa yang akan dikatakan kak Adam? Mendadak perutku mulas, karena aku yakin ini bukan sesuatu yang baik.
“Aku mulai merasakan cinta itu datang lagi dihatiku. Sepertinya aku sedang jatuh cinta” ucapnya
Ya, benar! Bukan sesuatu yang baik bagiku. Bagaikan tersambar petir aku mendengarnya. Ya Tuhan, baru saja aku bahagia karena bertemu dengannya, haruskah aku merasakan sakit juga dalam waktu yang bersamaan? Ya, jatuh cinta datangnya satu paket dengan sakit hati. Namun, mengapa paketnya harus datang secepat ini? Tidak bisakah membuatku bernafas sejenak?
“Oh ya, dengan siapa kak?” tanyaku menyembunyikan perasaanku sebelumnya
“Aku selalu menahan keinginanku untuk menghubunginya. Menunggu dia menghubungiku terlebih dahulu. Menunggu melihat apakah dia membutuhkanku. Namun, gadis ini beda, tak seperti gadis lain yang mudah ku baca. Aku tak dapat membaca apapun yang dia lakukan. Dia bagaikan buku yang tertutup dan membutuhkan rumitnya kata sandi untuk membuka isi buku tersebut”
“Apakah gadis itu dekat dengan kakak?”
“Yaa, terlalu dekat. Membuatku tak yakin apakah dia memiliki perasaan yang sama padaku atau tidak”
“Kakak gak bisa melihat perbedaan yang dia tunjukkan? Atau apapun itu?”
“Aku sering menunjukkan perbedaan itu. Namun, dia? Tidak, dia bersikap sama terhadapku maupun laki-laki lainnya. Membuatku penasaran setengah mati. Membuatku ingin memecahkan sandi rahasia itu”
Beruntung sekali bukan cewek itu? Namun, cewek itu tak menunjukkan sikap membalas perasaan kak Adam. Andaikan aku adalah cewek itu, mungkin aku akan memberikan seluruh perhatianku padanya, membalas perasaannya, dan selalu mencintainya. Kak Adam terus melanjutkan ceritanya, aku setengah melamun dan tak seberapa mengerti ataupun mendengar kata-kata yang terucap. Hatiku sakit. Seperti tertusuk jarum, bahkan lebih menyakitkan.
“.. cewek itu kamu, Nara”
“E..eh..eh. kenapa kak?” tanyaku
“Cewek itu kamu” ucap kak Adam
“Maksud kakak?” tanyaku bingung
Ah, kesalahan sepertinya aku melamun tadi. Maafkan aku kak Adam, ini efek sakit hati mengetahui kak Adam telah mencintai cewek lain.
“Cewek yang aku cintai. Cewek yang susah aku baca. Cewek yang kata sandinya belum aku temukan. Cewek itu adalah kamu”
Aku menganga, apa aku tak salah dengar? Barusan yang kak Adam bilang, cewek itu adalah aku. Apakah aku bermimpi? Sepertinya aku sedang bermimpi. Karena di dunia nyata, kak Adam tak mungkin mencintaiku.
“Kak, aku pasti mimpi yaa?” tanyaku
Tiba-tiba kak Adam mencubit kedua pipiku gemas.
“Tidak, Nara. Kamu lagi gak mimpi. Ini dunia nyata”
“Jadi, cintaku terbalaskan kak?”
“Kamu mencintaiku?” tanya kak Adam membelalakkan matanya
“Ya! Kakak adalah cinta pertamaku”
“Dan aku berharap, aku akan menjadi cinta terakhirmu, Nara”
Kak Adam memelukku. Mendekapku ke dadanya. Disinilah tempat ternyamanku, aku merasakan kehangatan yang lain saat kak Adam memelukku. Aku merasa aman saat dia memelukku seperti ini. Ya, aku harap kak Adam akan menjadi cinta terakhirku. Aku mencintaimu, cinta pertamaku. Adam Putra Mahesa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Cenat Cenut

Dulu waktu awal-awal aku jadi smesbles drama mini seri ini muncul. Dan selalu membuat 'booming' para 'Performance' *sebutan kelasku* gimana gak? orang mayoritas warganya SMASHBLAST walaupun gak dikit juga yg antis. Tapi, selalu di bikin bahan candaan, bahan debatan, dll. Cinta cenat cenut atau di singkat CCC ini waktu awal mulainya selalu di tunggu-tunggu, banyak banget anak yg update status gak sabar pengen liat drama mini seri ini. Bahkan, yang awalnya antis setelah nonton ccc beralih menjadi SMASHBLAST! Keren gak sih? Keren banget doonng :D . Dan, banyak banget yg mengikuti SM*SH maen di drama mini seri atau kalo gak gitu FTV, seolah-olah julukan SM*SH sebagai 'pioner' itu bener-bener terasa banget. Sayang, ccc cuma 13 episode, waktu episode terakhir aku sempet nangis sihh, tapi cuma bentar, toh katanya ccc 2 bakalan ada. Berbulan-bulan aku nantiin, tapi selalu dalam tahap project! Sampai pada sekitaran November ccc2 resmi tanyang pada tanggal 3 Desember 2011

Review : Tujuh Hari untuk Keshia

Tujuh Hari untuk Keshia. Adalah novel kesekian karya seorang Inggrid Sonya yang aku baca bahkan sejak cerita itu masih di Wattpad. Cerita yang mungkin bagi sebagian orang sad ending, namun bagiku cerita ini termasuk dalam kategori happy ending dan ending yang masuk akal. Kenapa gitu? Yaaa, karena pada endingnya, setiap tokoh dapat mengikhlaskan dengan tulus, dapat kembali lagi menjalani aktifitasnya. Dan masih tetap mencintai sosok Sadewa tanpa harus terpuruk lebih jauh lagi. Setiap tokoh sudah menemukan bahagianya masing-masing tanpa harus melupakan Sadewa. Happy ending bukan? Untuk perbedaan versi wattpad dan buku, jujur aku lebih suka versi wattpad hehehe. Abang Riverku banyak part di versi wattpad, dan berkat versi wattpad ini juga aku sehalu itu sama River sampe-sampe dulu kalo bingung mau curhat ke siapa, aku nulis curhatanku dan bikin seolah olah aku ngobrol sama River. Sehalu itu memang. Tapi, jujur kalo buat masalah jalan cerita, penokohan, dan kesan ajaib dari cerita ini

Aku Masih Menulis...

Aku masih menulis, Menulis tentang masa-masa yang telah aku tinggal jauh di belakang, Masih berangan tentang mawar yang aku usahakan untukmu, Masih berangan tentang binar matamu yang aku pikir hanya untukku kala itu, Masih berangan tentang bercerita di depan api unggun yang kamu nyalakan musim dingin itu. Aku masih menulis, Menulis tentang sinar pancaran matamu saat kamu bercerita, Menulis tentang indah garis lengkung bibirmu saat kamu tersenyum, Menulis tentang merdu suara tawamu saat kamu tertawa. Aku masih menulis, Menulis tentang kemungkinan-kemungkinan dunia paralel yang kamu ceritakan itu benar adanya, Menulis tentang kemungkinan di dunia paralel itu kita sedang mewujudkan impian-impian kita, Menulis tentang kemungkinan di dunia paralel itu kita saling bergerak tanpa ada rasa takut. Aku masih menulis, Menguatkan ingatanku yang mulai memburam tentang apa-apa tentangmu, Menguatkan bayangmu yang perlahan mulai menghilang, Menguatkan kisah-kisah yang kita pernah bakar h