Langsung ke konten utama

Numpang Mosting Cerpen Tugasku :D


The Best Memories In My Life

“Tet..tet..tet..” bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaringnya dengan segera para murid SMA Angkasa membubarkan diri masing-masing. Ada yang langsung menuju parkiran untuk mengambil kendaraannya dan menuju rumah, ada juga yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, dan ada pula yang menuju kantin seperti 6 sekawan ini, mereka memilih untuk di kantin sekedar ngobrol-ngobrol ataupun makan makanan yang mereka sukai. 6 sekawan ini terdiri dari Nara, Rara, Vania, Kiana, Devina, dan Cania.
“Guys, aku kayaknya gak bisa lama-lama deh nongkrongnya” ucap Nara sedih
“Lho, kenapa Nar? Tumben amat?” tanya Kiana
“Aku ada deadline buat tugas jurnal sama kak Adi” jawab Nara
“Kak Adi? Harusnya seneng dong? Napa malah manyun neng?” tanya Rara
“Aku malu kali neng, ahh kak Fandi sih pake ngelompokin aku sama kak Adi” jawab Nara
“Ya udahlah daripada mikir mending pesen makan” sahut Vania
“Bener banget tuh, aku pesenin dulu ya?” ucap Devina
                Devina pun berdiri dari tempat duduknya dan menuju ke kantin untuk memesan makanan dan minuman untuk mengganjal perut mereka yang sedang kelaparan. Saat Devina akan berbalik menuju mejanya, seseorang menepuk bahunya, dia pun menoleh ke belakang dan terkejut ternyata yang menepuk bahunya adalah kak Adi yang tidak lain cowok yang disukai Nara, sahabatnya,
“Iya? Ada apa ya kak?” tanya Devina
“Maaf, tau yang namanya Nara Raihanun gak?” tanya Adi
“Oh, Nara kak? Itu yang duduk disana pake tas merah, rambutnya di gerai, terus megang kamera, ada apa kak?”
“Gapapa dek, soalnya aku ada urusan jurnal sama dia, sampaikan ke dia aku tunggu di ruang jurnal ya dek?” pesan Adi
“Siap kak” jawab Devina sambil mengacungkan kedua jempolnya
                Adi pun meninggalkan Devina dan menuju ke ruang jurnal, sedangkan Devina kembali ke meja dimana tempat sahabat-sahabatnya berada. Devina ngos-ngosan saat sampai di mejanya, dia pun mengatur nafasnya sebelum berbicara. Tak lama akhirnya Devina mulai angkat bicara.
“Nar, kamu ditunggu kak Adi di ruang jurnal” ucap Devina
“Hah? Iya? Kapan?” tanya Nara terkejut
“Kayaknya sih sekarang” jawab Devina
“Cieee Nara ditungguin sama kak Adi” ledek Cania
“Haduh, mati aku, ya udah aku cabut dulu ya guys” ucap Nara
“Iya, sono jangan sampai kak Adi marah, hahaha” goda Kiana
“Resek banget sih kalian” ucap Nara pura-pura ngambek sambil pergi
“Cieee gambek, hahaha” teriak Cania
                Nara tak memperdulikan ejekan teman-temannya di belakang yang berteriak menggoda dirinya. Dia berjalan dengan pikiran yang tak menentu, dia bingung nanti akan membicarakan apa saja. Dia berjalan semakin cepat dan tak terasa dia sudah berasa di depan pintu ruang jurnalis. ‘Semangat Nara, ketuk pintunya lalu masuk, kak Adi gak bakal gigit kamu kok’ ucap Nara dalam hati berusaha menyemangati dirinya.
“Tok..tok..” Nara mengetuk pintu
Nara pun membuka pintu dan langsung masuk menemui kak Adi.
“Maaf kak, tadi nyari aku?” tanya Nara
“Oh iya, duduk dulu sini” ucap Adi
Nara menuruti kemauan Adi, dia langsung menduduki kursi yang ada disebelah Adi, walaupun dengan hati yang deg-degan.
“Oke, pertama kenalin aku Adi Prawira” ucap Adi seraya mengulurkan tangan
“Aku Nara Raihanun kak” jawab Nara seraya menjabat tangan Adi
“Hari ini kita mau bahas tentang band, enaknya band apa?”
“Band Lyla aja kak, gimana?”
“Lyla?” tanya Adi sambil berfikir
“Iya kak, apalagi vokalisnya kan maen film, bisa tuh buat berita” usul Nara
“Hmm.. boleh, ide kamu bagus juga”
“Hahaha, Cuma kebetulan aja kak”
“Oke, jadi kamu cari gambarnya ntar aku yang nyari artikelnya”
“Siap kak” jawab Nara sambil hormat
“Hahaha, ada-ada aja kamu dek”
“Oh iya kak, beberapa hari lagi Lyla bakalan manggung di café Bintang, kita liput aja gimana kak?” usul Nara
“Ide bagus dek, sekalian nonton, lumayan banget itu dek”
“Hahaha, bener banget kak”
Mereka kemudian menentukan konsep tentang projek liputan mereka. Saling bicara, bercanda, dan penuh kegembiraan. Inilah yang Nara inginkan sejak dulu bisa dekat dengan Adi seseorang yang dia sukai sejak dulu.
                Esoknya Nara datang ke sekolah dengan gembira, dia semakin bersemangat menjalani hari-harinya. Nara berjalan menelusuri koridor sambil bersiul-siul mewakili kegembiraan hatinya. Saat sampai di kelas Nara langsung duduk dibangkunya, baru dia sadari dia datang lebih pagi dari biasanya bahkan lebih pagi dari Rara yang paling rajin datengnya. Tak lama setelah itu Rara yang duduk sebangku dengan Nara mengejutkan Nara.
“Dooorr” Rara mengagetkan Nara
“Astaga, ihh apaan sih ra? Ngagetin orang aja” jawab Nara kaget
“Hahaha, ya kamu sih tumben amat jam segini udah dateng?”
“Perubahan dong ra”
“Perubahan apa karna kak Adi?”
“Dua-duanya sih, hahaha”
Tak lama kemudian satu per satu murid berdatangan menandakan bahwa tak lama lagi pelajaran akan segera dimulai. Dan benar beberapa menit kemudian bel masuk pun bordering dengan nyaringnya. Murid-murid pun berebut untuk masuk ke dalam kelas masing-masing dan mengikuti pelajaran hingga waktu pulang tiba.
                Waktu berlalu begitu cepat. Setiap hari setelah pulang sekolah Nara selalu bekerja bersama Adi untuk mengerjakan deadline jurnal yang semakin hari semakin sempit saja. Nara selalu bisa bagi waktu antara sekolah, sahabat, dan jurnalisnya. Terkadang, sahabat-sahabat Nara menemaninya di ruang jurnal agar Nara tak kesepian. Persahabatan 6 sekawan ini sangat indah, jika ada 1 orang yang sedih semua menghibur dan menyemangati, pokoknya sedih, senang mereka selalu bersama.
                Sore ini Nara dan Adi akan menonton konser Lyla sebagai tambahan liputan mereka. Nara datang terlebih dulu agar mendapatkan tempat paling depan sehingga mudah untuk mengambil foto mereka. Nara juga sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tak lama Adi datang dengan membawa sebuah note yang dikalungkan di lehernya. Beberapa waktu kemudian para Lylaku (nama fans Lyla) mulai berdatangan dan setelah itu konser pun dimulai. Nara mulai sibuk memotret idolanya itu tak lupa dia juga sedikit-sedikit menyanyikan lagu-lagu Lyla tersebut. Bahkan Nara sampai lupa kalau sedang bersama Adi. Saat dia mulai sadar dia menoleh kebelakang untuk mencari Adi, dan pada saat itulah Nara melihat Adi sedang berbicara dengan seorang cewek.
‘Kak Adi sama siapa ya? Mungkin temennya atau.. pacarnya?’ pikir Nara
Konser pun selesai dengan segera Nara menemui Adi yang sedang berbincang akrab dengan seorang cewek.
“Hai kak, udah selesai nih, pulang yuk” ajak Nara
“Oh, oke, tapi kenalin dulu ini Tabriz cewek aku”
Serasa tersambar petir mendengar kata-kata Adi. Nara langsung lemas, namun dia tetap berusaha tegar.
“Hai, aku Nara” ucap Nara menunduk
“Hai Nara” sapa Tabriz
“Hmm, kak aku cabut duluan ya” ucap Nara
Tanpa perlu mendengar jawaban mereka Nara berlari kencang. Tak memperdulikan Adi yang memanggil namanya. Nara berlari tanpa tujuan, dia bingung, tanpa ia sadari air mata mulai berjatuhan membasahi pipi Nara, namun ia tetap berlari sampai pada akhirnya dia berhenti di satu rumah.
“Tok..tok..tok..” Nara mengetuk pintu
Seorang cewek keluar dari rumah itu dan Nara langsung memeluk cewek itu yang tak lain adalah Rara.
“Kamu keapa Nar? Ada apa?” tanya Rara sambil membawa Nara masuk
“Kak A..di Ra, ka..k Adi” ucap Nara terbata-bata
“Kenapa kak Adi say?” tanya Rara sambil menenangkan Nara
“Kak Adi udah pu..punya.. cewek Ra” jawab Nara
“Ya Allah.. sabar Nar, mungkin kak Adi bukan yang terbaik buat kamu, tapi suatu saat nanti kalau kalian jodoh pasti bakalan bersatu”
“iya Ra, makasih ya” ucap Nara sambil menghapus air matanya
“Sabar ya say, harus tetap semangat ya?”
“Hah, mungkin emang saatnya aku buat ngelupain dia” ucap Nara tersenyum
“Nah, kalau untuk itu terserah kamu, aku sama anak-anak Cuma bisa ngedukung”
“Makasih banget Ra”
“Welcome say J
                Besoknya Nara menjalani hidupnya seperti biasa seolah-olah tak terjadi apa-apa kemarin. Dia tetap bercanda, tertawa tanpa ada kesedihan di wajahnya. Dia menyelesaikan tugas jurnalnya lalu menyerahkan ke Fandi bukan Adi. Jujur, Nara masih belum siap untuk bertemu dengan Adi. Sampai pada suatu saat Fandi mengatakan bahwa Adi akan pindah ke luar kota untuk mengikuti ayahnya. Fandi pun mengadakan acara perpisahan untuk Adi. Nara mempunyai ide untuk menulis surat buat Adi.
“Guys, gimana kalo aku nulis surat buat kak Adi? Sekalian ngungkapin perasaanku, Cuma ngungkapin” ucap Nara sambil meminum Ice Juicenya.
“Emangnya kamu berani?” ledek Cania
“Ahh resek, beranilah” jawab Nara
“Aku setuju sama kamu Nar, itu ide yang bagus” jawab Vania
“Bener tuh, ide yang bagus” ujar Devina
“Ide keren tuh” jawab Kiana
“Apapun yang kamu lakuin dan itu yang terbaik, aku setuju kok” ujar Rara
“Ahh, thanks guys, you’re really really my best friends” ucap Nara
Mereka pun berpelukan dan melanjutkan acara jalan-jalannya.
                Besoknya acara perpisahan pun dimulai. Acara bertempat di ruangan jurnal. Mendadak ruang jurnalis berubah seperti café, ada meja dan panggung kecil dibagian depan, dan juga terdapat lilin-lilin dan lampu-lampu kecil disekitar ruangan yang membuat ruangan itu semakin nyaman. Fandi menyampaikan sambutan sebagai awal bahwa acara itu dimulai, dilanjutkan oleh Adi yang akan pindah, setelah itu acara makan-makan yang diiringi oleh band sekolah. Pada saat itu pula Nara menemui Adi untuk memberikan surat yang telah ia tulis.
“Kak..” sapa Nara
“Eh, iya dek, ada apa?” tanya Adi
“Ini, buat kakak” ucap Nara sambil memberikan surat tersebut
“Apa ini dek?” tanya Adi
“Kenang-kenangan buat kakak, di buka pas dirumah aja ya kak”
“Makasih ya dek”
“Sama-sama kak, aku mau pamit pulang dulu ya kak”
Nara pun perlahan melangkah, tiba-tiba Adi memeluknya dari belakang. Nara terkejut dan hanya bisa diam.
“Aku udah anggep kamu adikku sendiri, berat banget ninggalin semua disini dek, kamu sempet marah sama aku ya kemaren?” tanya Adi
“Ah, enggak kok eng..gak kok kak” jawab Nara terbata-bata
“Syukur deh kalo gitu” ucap Adi melepas pelukannya
“Makasih ya kak J , selamat tinggal” pamit Nara sambil berlalu
“Se..lamat tinggal dek” ucap Adi lirih
                Nara langsung menuju rumahnya, saat dijalan dia merasa senang banget waktu Adi meluk dia, walaupun Cuma dianggep sebagai adik saja. Namun, itu membuat kesenangan tersendiri dalam hati Nara. Pesta akhirnya selesai, Adi langsung pulang menuju rumahnya. Setelah sampai dirumah, Adi menuju kekamarnya dan membuka surat pemberian Nara.
To            : Kak Adi Prawira
From       : Nara Raihanun
Hai kak . Pertama aku ucapin terima kasih banyak buat kakak karena udah ngajarin aku banyak tentang dunia jurnalis . By the way, aku mau bilang kalau sebenernya aku udah lama suka sama kakak Cuma baru aku omongin sekarang. Jadi, waktu kakak kenalin pacar kakak ke aku, aku agak envy kak. Maafin aku ya kak, soalnya sempet diemin kakak. Tenang aja kak, aku gak perlu jawaban kakak kok, aku cuma mau ungkapin aja. Perlahan aku akan hapus rasa suka aku ke kakak . Terima kasih udah memberikan kenangan paling indah dalam hidup aku ya kak yaitu kenal dan pernah deket sama kakak. Aku janji gak akan pernah ngelupain kenangan paling indah ini kak .

Tertanda

Nara Raihanun
Adi tak menyangka bahwa selama ini Nara suka pada dirinya, kenapa dia baru mengetahuinya sekarang? Itulah yang Adi sekarang. Selapas kepergian Adi, Nara menjalani hidupnya dengan semangat bersama para sahabatnya, dia tak sedih, galau, atau apapun karena Adi telah memberinya kenangan indah, dan Nara yakin suatu saat aka nada seorang cowok yang datang padanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Cenat Cenut

Dulu waktu awal-awal aku jadi smesbles drama mini seri ini muncul. Dan selalu membuat 'booming' para 'Performance' *sebutan kelasku* gimana gak? orang mayoritas warganya SMASHBLAST walaupun gak dikit juga yg antis. Tapi, selalu di bikin bahan candaan, bahan debatan, dll. Cinta cenat cenut atau di singkat CCC ini waktu awal mulainya selalu di tunggu-tunggu, banyak banget anak yg update status gak sabar pengen liat drama mini seri ini. Bahkan, yang awalnya antis setelah nonton ccc beralih menjadi SMASHBLAST! Keren gak sih? Keren banget doonng :D . Dan, banyak banget yg mengikuti SM*SH maen di drama mini seri atau kalo gak gitu FTV, seolah-olah julukan SM*SH sebagai 'pioner' itu bener-bener terasa banget. Sayang, ccc cuma 13 episode, waktu episode terakhir aku sempet nangis sihh, tapi cuma bentar, toh katanya ccc 2 bakalan ada. Berbulan-bulan aku nantiin, tapi selalu dalam tahap project! Sampai pada sekitaran November ccc2 resmi tanyang pada tanggal 3 Desember 2011

Review : Tujuh Hari untuk Keshia

Tujuh Hari untuk Keshia. Adalah novel kesekian karya seorang Inggrid Sonya yang aku baca bahkan sejak cerita itu masih di Wattpad. Cerita yang mungkin bagi sebagian orang sad ending, namun bagiku cerita ini termasuk dalam kategori happy ending dan ending yang masuk akal. Kenapa gitu? Yaaa, karena pada endingnya, setiap tokoh dapat mengikhlaskan dengan tulus, dapat kembali lagi menjalani aktifitasnya. Dan masih tetap mencintai sosok Sadewa tanpa harus terpuruk lebih jauh lagi. Setiap tokoh sudah menemukan bahagianya masing-masing tanpa harus melupakan Sadewa. Happy ending bukan? Untuk perbedaan versi wattpad dan buku, jujur aku lebih suka versi wattpad hehehe. Abang Riverku banyak part di versi wattpad, dan berkat versi wattpad ini juga aku sehalu itu sama River sampe-sampe dulu kalo bingung mau curhat ke siapa, aku nulis curhatanku dan bikin seolah olah aku ngobrol sama River. Sehalu itu memang. Tapi, jujur kalo buat masalah jalan cerita, penokohan, dan kesan ajaib dari cerita ini

Aku Masih Menulis...

Aku masih menulis, Menulis tentang masa-masa yang telah aku tinggal jauh di belakang, Masih berangan tentang mawar yang aku usahakan untukmu, Masih berangan tentang binar matamu yang aku pikir hanya untukku kala itu, Masih berangan tentang bercerita di depan api unggun yang kamu nyalakan musim dingin itu. Aku masih menulis, Menulis tentang sinar pancaran matamu saat kamu bercerita, Menulis tentang indah garis lengkung bibirmu saat kamu tersenyum, Menulis tentang merdu suara tawamu saat kamu tertawa. Aku masih menulis, Menulis tentang kemungkinan-kemungkinan dunia paralel yang kamu ceritakan itu benar adanya, Menulis tentang kemungkinan di dunia paralel itu kita sedang mewujudkan impian-impian kita, Menulis tentang kemungkinan di dunia paralel itu kita saling bergerak tanpa ada rasa takut. Aku masih menulis, Menguatkan ingatanku yang mulai memburam tentang apa-apa tentangmu, Menguatkan bayangmu yang perlahan mulai menghilang, Menguatkan kisah-kisah yang kita pernah bakar h