Aku hanyalah pecundang, Yang hanya berani menatap dari balik tembok. Aku hanyalah pecundang, Yang diam-diam memuja tanpa kata. Aku hanyalah pecundang, Yang mengikat kita dengan tali persahabatan. Dalam hening malam, Aku meneriakkan pada semesta, Tentang betapa istimewanya kamu, Dan betapa payah diriku. Dalam hening malam, Aku hanya berani memelukmu, Tanpa berani mendekapmu erat. Biarkan topeng ini terus terpasang, Agar aku bisa menjagamu dalam jarak aman. Biarkan hatiku berbohong, Agat kamu tak melangkah pergi. Dari berbagai hal yang aku takuti, Melihatmu melangkah adalah hal yang mengerikan. Dari berbagai hal yang aku takuti, Melihatmu berpaling adalah hal terakhir yang ingin aku lihat. Biarlah seperti ini, Seperti arus sungai yang berjalan ke laut. Biarlah seperti ini, Sampai nanti aku sudah merasa pantas. Karena bagaimanapun juga, Kamu adalah orang yang istimewa, Jadi untukku yang pecundang ini, Ijinkan aku untuk memantaskan diri terlebih dahulu, Sebelum