Berlari. Aku terus berlari hingga rasa sesak yang aku rasa ini menghilang. Sialnya, semakin aku berlari semakin rasa sesak itu menghampiri. Hal ini membuat kaki kebas dan terus berlari tanpa peduli arah. Aku bahkan asing dengan daerah ini, namun aku tak peduli. Rasa sesak ini memuakkan. Aku ingin segera menghilangkannya, sehingga aku dapat bernapas dengan lega kembali. Air mata pun terus menetes tanpa aku bisa cegah. Membuatku semakin sesak dengan semuanya. Kakiku berhenti di pinggir taman yang sepertinya digunakan untuk pasar malam ketika sore mulai menyapa. Sayangnya saat ini masih siang hari, dan tenagaku harus terkuras habis karena permasalahan sepeleh seperti itu. Sekali lagi, air mataku mengalir dengan derasnya. Membuatku memaki diriku sendiri. Bodoh, harusnya aku sudah tahu bahwa kemungkinan seperti ini akan terjadi. Sepertinya kata bodoh telah menyelinap menjadi nama tengahku. Membuatku tak pernah berpikir jernih ketika menyangkut masalah hati. Ponselku bergetar keras.